Kemenkes Pastikan Nyamuk Wolbachia Tak Berkaitan dengan Lonjakan Kasus DBD

Oleh: Lydia Fransisca
Selasa, 02 April 2024 | 12:07 WIB
Ilustrasi nyamuk aedes aegypti. (Foto/freepik)
Ilustrasi nyamuk aedes aegypti. (Foto/freepik)

Indonesiaglobe.id - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maxi Rein Rondonuwu, menegaskan penyebaran nyamuk wolbachia tak berkaitan dengan tingginya kasus DBD sekarang.

Maxi menjelaskan, nyamuk aedes aegypti atau nyamuk penyebab demam berdarah di daerah yang telah disebarkan nyamuk wolbachia memiliki karakteristik yang sama dengan daerah yang belum disebarkan.

Tanda dan gejala orang yang terkena gigitan nyamuk aedes aegypti, lanjut Maxi, juga sama, yakni demam tinggi yang diikuti nyeri otot, mual, muntah, sakit kepala, mimisan, dan gusi berdarah.

“Secara keseluruhan karakteristik dan gejalanya sama. Bahkan, tidak ada perbedaan jumlah nyamuk aedes aegypti sebelum dan setelah wolbachia dilepaskan,” kata Maxi dalam keterangannya, Selasa (2/4/2024).

Sebagai informasi, penyebaran nyamuk berwolbachia telah dilaksanakan di lima kota, yaitu Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat.

Penetapan kelima wilayah tersebut mempertimbangkan kesiapan stakeholder dan masyarakat setempat. 

Adapun Semarang menjadi kota pertama yang melakukan penyebaran nyamuk berwolbachia, diikuti Kota Bontang dan Kota Kupang. 

Di Semarang, penyebaran nyamuk wolbachia dilakukan di empat kecamatan, Kota Bontang di tiga kecamatan dan Kota Kupang di satu kecamatan. 

Sementara itu, untuk wilayah Bandung, penyebaran nyamuk wolbachia baru dilakukan di satu kelurahan. Namun di Jakarta Barat, penyebaran nyamuk wolbachia hingga kini belum dilaksanakan.

"Hal ini karena masih menunggu kesiapan masyarakat dan penandatangan nota kesepakatan antara Pemprov Daerah Khusus Jakarta dengan Kemenkes yang sempat tertunda karena terjadi pergantian pimpinan di DKI Jakarta," tandas Maxi.sinpo

Editor: Imantoko Kurniadi
Komentar: