Amien Rais Mohon Maaf dan Minta Presiden Dipilih MPR, Ini Alasannya

Oleh: Ahda Bayhaqi
Rabu, 05 Juni 2024 | 19:05 WIB
Amien Rais bersama pimpinan MPR memberikan keterangan kepada wartawan terkait politik dan demokrasi terkini. (BeritaNasional/Elvis Sendouw)
Amien Rais bersama pimpinan MPR memberikan keterangan kepada wartawan terkait politik dan demokrasi terkini. (BeritaNasional/Elvis Sendouw)

BeritaNasional.com - Mantan Ketua MPR RI Amien Rais menyampaikan permintaan maaf karena melucuti kekuasaan MPR sebagai lembaga tertinggi yang memilih presiden. 

Amien mengaku perhitungannya agak naif ketika mengambil keputusan tersebut.

"Jadi, mengapa dulu saya sebagai ketua MPR itu melucuti kekuasaannya sebagai lembaga tertinggi yang memilih presiden, ya, dan wakil presiden, itu karena perhitungan kami dulu, perhitungannya agak naif, sekarang saya minta maaf," ujarnya saat pertemuan dengan pimpinan MPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (5/6/2024).

Amien mengatakan saat itu berpikir tidak mungkin calon menyogok langsung suara satu orang agar bisa menjabat. Ternyata perhitungannya itu salah.

"Jadi, dulu itu kami mengatakan, kalau dipilih langsung one man, one vote, ya, mana mungkin, ada orang mau menyogok 120 juta pemilih, mana mungkin, perlu puluhan, ini ratusan triliun, enggak, ternyata mungkin, gitu lah, ya. Memang itu luar biasa kita ini, ya," katanya.

Karena itu, Amien mengaku setuju apabila kekuasaan MPR sebagai lembaga tertinggi dikembalikan seperti dulu sehingga presiden dipilih kembali oleh MPR.

"Nah, jadi sekarang, kalau mau dikembalikan, dipilih MPR, mengapa tidak, ya," katanya.

Menanggapi pernyataan Amien Rais, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan Amien Rais ingin bukan lagi uang yang berkuasa dalam demokrasi.

"Jadi, intinya, Pak Amien ingin demokrasi is king bukan lagi rupiah is king. Bukan begitu Pak Amien?" katanya.

"Ya ya ya, jadi waktu saya ketua MPR itu presiden presiden kemudian waktu bangun pagi 'wah di atas saya masih ada MPR'. Kalau sekarang kan enggak digubris ya," jawab Amien.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: