BNPT Ungkap Kalangan Remaja Jadi Target Baru Radikalisasi di Indonesia

Oleh: Ahda Bayhaqi
Kamis, 27 Juni 2024 | 13:42 WIB
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel. (BeritaNasional/Elvis)
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel. (BeritaNasional/Elvis)

BeritaNasional.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengungkap, kalangan remaja menjadi target baru radikalisasi di Indonesia. Terjadi peningkatan proses radikalisasi di tingkat anak-anak SMA.

"Sampai saat ini, sejak 2016, BNPT memiliki 3.000 kontribusi peneliti, kami melakukan penelitian di kalangan remaja, baru di kalangan anak-anak SMA, di kota-kota besar Indonesia, belum sampai ke kampus Pak, kalau kampus, kami melakukan secara satu demi satu, mendatangi, yang ada jejak-jejaknya saja," ungkapnya saat rapat kerja dengan Komisi III DPR, Jakarta, Kamis (27/6/2024).

"Kami melakukan penelitian sejak 2016, ternyata terjadi peningkatan proses radikalisasi di kalangan remaja, anak-anak, dan perempuan," sambung Rycko.

Data BNPT peningkatannya memang hanya satu digit, tetapi bila dikalikan dengan jumlah remaja hari ini jumlahnya sangat besar. Anak-anak, perempuan, dan remaja menjadi target tertinggi sasaran radikalisasi.

"Yang menarik adalah perempuan, anak, dan remaja ini menempati target tertinggi menjadi sasaran daripada proses radikalisasi, beliau-beliau ini adalah generasi muda penerus bangsa Indonesia, meskipun serangan di atas permukaan nol, tapi di bawah permukaan terjadi peningkatan proses radikalisasi," ungkap Rycko.

BNPT menganalisis ada perubahan tren pola serangan dari kelompok radikal. Dari serangan terbuka menjadi serangan kepada generasi muda melalui radikalisasi.

"Jadi sel teroris ini, dengan tokoh-tokoh intelektualnya paham betul Indonesia tidak bisa dihancurkan dengan serangan open attack, serangan bom jegar-jeger di beberapa kota di beberapa tempat tidak menggoyahkan rakyat Indonesia," kata Rycko.

Sehingga berubah polanya dengan serangan soft yaitu mempengaruhi generasi penerus dari anak-anak dan remaja.

"Terjadi shift of paradigm, shift of approach, dari hard attack berubah menjadi soft attack. Jadi ingin menghancurkan Indonesia, hancurkan generasi mudanya. Ini yang kami lihat. Bagaimana caranya? Dengan mempengaruhi generasi penerus bangsa, perempuan, anak-anak, dan remaja. Kami melihat trennya seperti itu," papar Rycko.

Ia pun menjelaskan, bahan baku terorisme itu dengan sikap intoleran. Lalu berkembang dengan mengajarkan perbedaan, kebencian dan mengajarkan kelompoknya yang paling benar.

"Yang tidak mau ikut dianggap musuh, berhadapan kan, lawan, dikafirkan, bahkan dihalalkan darahnya," jelas Rycko.

Serangan kepada anak-anak dan remaja ini menjadi bom waktu untuk kehancuran Indonesia oleh kelompok teroris.

"Generasi muda kita sudah terjadi balkanisasi akibat daripada lesson number one tadi, baru pelajaran pertama, tidak bisa menerima perbedaan toleransi," ujar Rycko.

Karena itu, sejak 2024 BNPT berdedikasi untuk melindungi anak-anak dan remaja. Anak-anak bisa mudah disusupi kelompok intoleran karena kurangnya pendidikan, kesadaran publik, dan pengetahuan terhadap ideologi kekerasan yang diajarkan.

"Apa pelajaran yang kurang? Yang pertama adalah tentang sejarah terbentuknya negara Indonesia, yang kurang. Ini sudah kami sampaikan kepada Mendikbud. Kemudian yang kedua pelajaran tentang budi pekerti, dan yang ketiga ada wawasan kebangsaan. Ini kami sampaikan. Tapi kunci adalah tiga pelajaran tadi adalah lack of education," ungkap Rycko.sinpo

Editor: Harits Tryan Akhmad
Komentar: