Pusat Data Nasional Diserang Ransomware, Pemerintah Sampaikan Minta Maaf

Oleh: Ahda Bayhaqi
Kamis, 27 Juni 2024 | 18:15 WIB
Rapat kerja komisi I dengan Menkominfo dan BSSN bahas data yang diretas. (BeritaNasional/Elvis Sendouw).
Rapat kerja komisi I dengan Menkominfo dan BSSN bahas data yang diretas. (BeritaNasional/Elvis Sendouw).

BeritaNasional.com - Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian menyampaikan permintaan maaf kepada publik atas serangan ransomware terhadap server Pusat Data Nasional Sementara (PDSN). Hinsa meminta maaf atas nama pemerintah.

"Saya menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat dari pemerintah tentunya," kata Hinsa saat rapat kerja di Komisi I DPR, Jakarta, Kamis (27/6/2024).

Pemerintah menyadari, akibat serangan siber ransomware ini sangat merugikan masyarakat.

"Karena sesuai yang disampaikan ibu ketua tadi, memang terganggu masyarakat ini," kata Hinsa.

"Jadi sebagai pemerintah, saya menyampaikan permintaan maaf," sambungnya.

Sebelumnya, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Republik Indonesia mengatakan gangguan yang dialami oleh Server Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) dikarenakan ulah dari Ransomware. Diketahui Pusat Data Nasional mengalami gangguan sejak Kamis (20/6/2024) lalu.

“Hasil identifikasi kami atas kendala yang terjadi pada Pusat Data Nasional Sementara akibat serangan serangan siber berjenis Ransomware,” ujar Kepala BSSN Hinsa Siburian dalam konferensi pers di kantor Kominfo, Senin (24/6/2024).

Ia mengatakan telah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia dan pihak lain dalam upaya Penanganan gangguan ekosistem Layanan Komputasi Awan Pemerintah, khususnya pada Pusat Data Nasional Sementara.

Hinsa menuturkan, dari insiden ransomware tersebut, BSSN menemukan adanya upaya penonaktifkan fitur keamanan Windows Defender yang terjadi mulai 17 Juni 2024 pukul 23.15 WIB, sehingga memungkinkan aktivitas malicious dapat berjalan.

Lalu, aktivitas malicious mulai terjadi pada 20 Juni 2024 pukul 00.54 WIB, diantaranya melakukan instalasi file malicious, menghapus filesystem penting, dan menonaktifkan service yang sedang berjalan. File yang berkaitan dengan storage, seperti: VSS, HyperV Volume, VirtualDisk, dan Veaam vPower NFS mulai didisable dan crash.

“Diketahui tanggal 20 Juni 2024, pukul 00.55 WIB, Windows Defender mengalami Crash dan tidak bisa beroperasi,” jelas Hinsa.

Saat ini, sambung Hinsa, BSSN, Kominfo, Cyber Crime Polri, dan KSO Telkom-Sigma-Lintasarta masih terus berproses mengupayakan investigasi secara menyeluruh pada bukti-bukti forensik yang didapat dengan segala keterbatasan evidence, atau bukti digital dikarenakan kondisi evidence yang terenkripsi akibat serangan ransomware tersebut. 

“BSSN Kominfo, Cyber Crime Polri, dan KSO Telkom-Sigma-Lintasarta sampai dengan hari ini masih terus melakukan investigasi secara menyeluruh mengacu pada bukti-bukti forensik yang telah didapat. Dengan segala keterbatasan evidence, atau bukti digital dikarenakan kondisi evidence yang terenkripsi akibat serangan ransomware tersebut,” ungkap Hinsa. 

Lebih lanjut Kepala BSSN menjelaskan, dalam insiden ini BSSN telah berhasil menemukan sumber serangan yang berasal dari file ransomware dengan nama Brain Cipher Ransomware. 

Ransomware ini adalah pengembangan terbaru dari ransomware lockbit 3.0. Sampel ransomware selanjutnya akan dilakukan analisis lebih lanjut dengan melibatkan entitas keamanan siber lainnya. 

“Hal ini menjadi penting untuk lesson learned dan upaya mitigasi agar insiden serupa tidak terjadi lagi,” ujar Hinsa.sinpo

Editor: Harits Tryan Akhmad
Komentar: