Studi: 67 Persen Masyarakat Indonesia Akan Berinvestasi Secara Digital Tahun Depan

Oleh: Tim Redaksi
Minggu, 01 September 2024 | 15:41 WIB
Ilustrasi investasi digital. (BeritaNasional/Freepik)
Ilustrasi investasi digital. (BeritaNasional/Freepik)

BeritaNasional.com -  Tren investasi di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Menurut data dari KSEI, jumlah investor pasar modal naik 11 persen (ytd), dari 12,17 juta pada 2023 menjadi 13,45 juta per 9 Agustus 2024. Generasi muda memainkan peran penting dalam pertumbuhan ini, dengan 54,96 persen investor individu berusia di bawah 30 tahun.

Di era digital ini, studi terbaru dari Populix berjudul “Unlocking Insights into Digital Investment Trends” menunjukkan bahwa 47 persen responden percaya investasi digital lebih menguntungkan dibandingkan metode konvensional seperti tabungan dan deposito.

Dr. Timothy Astandu, Co-Founder dan CEO Populix, menjelaskan, “Peningkatan tren investasi digital memerlukan dukungan dari platform investasi terpercaya dan literasi keuangan yang baik. Dengan pemahaman yang mendalam, lebih banyak orang akan merasa percaya diri mengeksplorasi investasi digital. Penyederhanaan konsep investasi yang kompleks akan mendukung inklusi keuangan yang lebih luas, membantu lebih banyak orang membuat keputusan investasi yang tepat di era ekonomi digital saat ini,” tulis Timothy.

Studi tersebut mengungkapkan bahwa 55 persen responden memiliki pemahaman dasar tentang investasi digital, khususnya dalam instrumen reksa dana dan saham.

Namun, terdapat perbedaan pemahaman mengenai perbedaan antara investasi digital dan konvensional. Sekitar 42 persen responden memahami perbedaannya dengan jelas, sementara 44 persen masih memiliki pengetahuan terbatas dan 14 persen tidak mengetahui perbedaan sama sekali.

Sebanyak 89 persen responden mengaku memahami risiko investasi digital dan cara mengelolanya, terutama di kalangan pria yang bekerja dan tinggal di Jabodetabek dengan SES menengah ke atas. Namun, masih ada kesenjangan pengetahuan terkait pengukuran kesuksesan investasi digital, dengan 49 persen memiliki pemahaman minim dan 18 persen tidak tahu cara mengukurnya.

Timothy menambahkan, “Studi kami menunjukkan bahwa kesadaran tentang peraturan dan pengawasan investasi digital bervariasi di antara responden. Hampir setengahnya memahami peraturan tersebut, sementara sebagian kecil sama sekali tidak mengetahui adanya peraturan,” ungkapnya lebih lanjut.

Dalam perilaku investasi digital, 90 persen responden mencari informasi sebelum berinvestasi. Tujuh dari sepuluh responden mencari informasi terkait pasar modal dan investasi beberapa kali dalam sebulan, terutama laki-laki, pekerja, dan mereka dari kelas menengah atas. Sebaliknya, perempuan cenderung mencari informasi lebih jarang.

kekhawatiran tentang stabilitas

Sebanyak 50 persen responden percaya pada transparansi dan keamanan investasi digital, menilai platform digital dapat menjaga keamanan dan memberikan informasi jelas mengenai investasi. Mayoritas memilih investasi digital karena kenyamanannya untuk transaksi kapan saja dan di mana saja, serta modal yang rendah.

Namun, kekhawatiran tentang stabilitas dan keberlangsungan platform investasi serta volatilitas pasar masih menjadi faktor penghambat. Sementara itu, 67 persen responden berencana untuk berinvestasi digital dalam setahun ke depan, dengan 74 persen di antaranya menyediakan anggaran investasi hingga Rp 5 juta, dan 33 persen di antaranya kurang dari Rp 1 juta.

Rencana investasi ini bertujuan untuk dana darurat (68 persen), pendapatan tambahan (61 persen), pembelian aset (48 persen), dana pensiun (46 persen), dana pendidikan (40 persen), dan diversifikasi portofolio (25 persen). Meski begitu, satu dari tiga responden masih ragu menggunakan investasi digital, terutama karena kurangnya pengetahuan dan kekhawatiran tentang risiko kerugian modal.sinpo

Editor: Imantoko Kurniadi
Komentar: