Profil Willy Aditya: Seorang Deklarator Ormas NasDem hingga Ketua Komisi XIII DPR

Oleh: Tim Redaksi
Kamis, 24 Oktober 2024 | 15:30 WIB
Ketua Komisi XIII DPR Willy Aditya. (Foto/willyaditya.com)
Ketua Komisi XIII DPR Willy Aditya. (Foto/willyaditya.com)

BeritaNasional.com - Willy Aditya telah ditetapkan sebagai Ketua Komisi XIII DPR RI yang membidangi urusan reformasi regulasi dan hak asasi manusia (HAM) itu dengan semangat kolaboratif lintas sektor.

Sebelum menjabat ketua komisi di DPR, Willy merupakan seorang politisi, aktivis, dan pemimpin yang dikenal atas kiprahnya di dunia pergerakan mahasiswa dan politik Indonesia. 

Lahir di Solok, Sumatera Barat, pada 12 April 1978, Willy tumbuh menjadi sosok yang aktif sejak muda. 

Willy memulai pendidikan formalnya di SMA INS Kayutanam, Padang Pariaman, tempatnya terlibat dalam berbagai kegiatan diskusi dan ceramah keagamaan. Sejak saat itu, bakat kepemimpinannya mulai terlihat jelas. 

Willy termasuk salah seorang deklarator Organisasi Masyarakat (Ormas) Nasional Demokrat (NasDem) yang dideklarasikan pada 1 Februari 2010.

Ormas itu dideklarasikan oleh 45 orang tokoh Indonesia dari berbagai kalangan. Di antaranya, Surya Paloh, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Ahmad Syafii Maarif, Siswono Yudo Husodo, Anies Baswedan, Jeffrie Geovanie, Bachtiar Aly, Patrice Rio Capella, Didik J. Rachbini.

Selain itu, Basuki Tjahaja Purnama, Ferry Mursyidan Baldan, Syamsul Mu'arif, Franky Sahilatua, Ilham Arief Sirajuddin, Meutya Hafid, Sayed Fuad Zakaria, Khofifah Indar Parawansa, Budiman Sudjatmiko, serta beberapa orang tokoh lainnya. 

Willy Aditya kemudian menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pengurus Pusat di organisasi masyarakat (ormas) Nasional Demokrat itu.

Latar Belakang Pendidikan

Willy Aditya dilahirkan di Kampung Jawa, Kota Solok, Sumatera Barat, pada 12 April 1978. Dia merupakan anak dari pasangan Syamsuddin Lubis, seorang Mandailing, dan Asna Hasan, yang memiliki darah Jawa. 

Willy mengenyam pendidikan di SD Negeri 11 Kota Solok (1985-1991) dan SMP Negeri 1 Solok (1991-1994). 

Ketika bersekolah, dia mengaku bahwa dirinya termasuk siswa cerdas karena menjadi pemuncak kelas dan dipercaya mewakili sekolahnya untuk mengikuti perlombaan olimpiade dan olahraga. 

Willy mendapat nilai 9,98 ketika lulus dari SMP. Awalnya ia berniat mendaftar di SMA Taruna Nusantara, tetapi tidak kesampaian karena ia ditabrak orang mabuk saat perjalanan mendaftar ke sana. 

Ia akhirnya melanjutkan pendidikan di SMA Plus INS Kayutanam, Padang Pariaman pada 1994-1997. 

Di sekolah yang ketika itu dipimpin oleh sastrawan A.A. Navis itu, ia mengaku ditempa perihal karakter dan kedisiplinan, bahkan akhirnya mengaku menjadi seorang yang gila membaca banyak buku.

Setelah lulus SMA, ia diterima melalui jalur undangan untuk berkuliah di Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). 

Saat itu, Willy bergabung dengan sejumlah organisasi kemahasiswaan kampus. Ia menjadi pendiri Kelompok Studi Selendang Biru, Pemimpin Redaksi (Pemred) Pers Mahasiswa (Persma) Lumut Kehutanan, anggota Jama'ah Shalahuddin UGM, dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Mahasiswa UGM serta Sekjen Dewan Mahasiswa Nasional. 

Uang bulanan yang dikirim orang tuanya lebih banyak dihabiskan untuk membeli buku. Sementara itu, untuk bertahan hidup, dia menjadi marbut masjid dan mengikuti banyak seminar untuk kemudian ditulis dan dikirimkan ke surat kabar agar mendapat honorarium.

Karena kegiatan aktivismenya, kuliahnya menjadi terbengkalai hingga mendapat Indeks prestasi nol koma. 

Akhirnya, statusnya sebagai mahasiswa diberhentikan oleh rektor. Dia merasa jasanya telah menghidupkan kembali pers mahasiswa fakultasnya membuat pimpinan fakultas berutang budi.

Kegiatan

1. Direktur Eksekutif Populis Institute

2. Wakil Sekretaris Jenderal Nasional Demokrat

3. Ketua Umum Liga Mahasiswa NasDem

4. Sekjen Liga Mahasiswa NasDem (LMN)

5. Direktur Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan

 

Karier

Willy Aditya, Ketua Komisi XIII DPR RI, baru-baru ini menyoroti pentingnya kaum muda sebagai aktor sejarah dalam konteks politik Indonesia. 

Pada sebuah acara tentang partisipasi milenial dalam Pemilu 2024, Willy menegaskan Generasi Milenial dan Gen Z tidak boleh hanya dilihat sebagai objek pemilih, tetapi sebagai bagian penting dari perubahan sosial dan politik. 

Dengan populasi pemilih yang besar, Willy mendorong peningkatan ruang partisipasi mereka dalam menentukan masa depan negara.

Willy aktif di Partai NasDem sejak pembentukan ormas Nasional Demokrat pada 2010. Sebelum akhirnya menjadi salah satu deklarator Partai NasDem. 

Karier politik Willy terus berkembang hingga pada Pemilu 2019 berhasil terpilih sebagai anggota DPR RI mewakili Dapil XI Jawa Timur dengan meraih 190.814 suara. 

Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Bidang Media dan Komunikasi Publik Partai NasDem.

(Nailil Hikmah/Magang)

 

 sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: