Profil Hasjim Djalal, Diplomat Senior dan Pakar Hukum Laut yang Tutup Usia

Oleh: Tim Redaksi
Senin, 13 Januari 2025 | 09:30 WIB
Prof Hasjim Djalal (SinPo.id/akun X @dinopattidjalal)
Prof Hasjim Djalal (SinPo.id/akun X @dinopattidjalal)

BeritaNasional.com - Diplomat senior dan ahli hukum laut internasional Indonesia, Hasjim Djalal, menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 90 tahun di Jakarta pada Minggu pukul 16:40 WIB.

Kabar wafatnya Hasjim Djalal diumumkan oleh diplomat dan mantan wakil menteri luar negeri RI Dino Patti Djalal, yang juga merupakan putranya, melalui media sosial X di Jakarta, Minggu.

“Prof Dr. Hasjim Djalal menghembuskan nafas terakhir hari ini jam 16:40 (WIB). Almarhum adalah diplomat pejuang wawasan nusantara,” jelas Dino dikutip dari Antaranews.

Profil Hasjim Djalal

Kehidupan Awal dan Pendidikan
Hasjim Djalal lahir pada 25 Februari 1934 di Ampek Angkek, Bukittinggi, Sumatera Barat. Berasal dari keluarga sederhana, ia menempuh pendidikan menengah di kampung halamannya sebelum melanjutkan ke Akademi Dinas Luar Negeri di Jakarta pada 1956.

Tak lama setelah memulai kariernya di Departemen Luar Negeri pada tahun 1957, ia memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di University of Virginia, Amerika Serikat. Hasjim meraih gelar Master of Arts dan Doctor of Philosophy dalam bidang hukum internasional dari universitas tersebut. Selama masa studinya, ia mendalami isu-isu maritim yang menjadi dasar dari karier panjangnya di bidang hukum laut.

Karier Diplomat dan Kontribusi untuk Maritim Indonesia

Hasjim Djalal memulai perjalanan diplomatiknya dengan berbagai penugasan di luar negeri, termasuk sebagai Sekretaris Kedua Bidang Politik di Beograd dan Wakil Duta Besar di Guinea. Setelah itu, ia menjabat sebagai Kepala Biro Hukum Internasional di Departemen Luar Negeri, tempat ia berkontribusi dalam pengembangan Wawasan Nusantara, konsep penting yang mempertegas kedaulatan Indonesia sebagai negara kepulauan.

Sebagai negosiator utama Indonesia dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) pada tahun 1982, Hasjim berperan besar dalam mengamankan pengakuan internasional terhadap kedaulatan Indonesia atas perairan di sekitarnya. Peran ini mengukuhkan posisinya sebagai pakar hukum laut internasional yang disegani.

Hasjim juga pernah menjabat sebagai Duta Besar untuk Kanada (1983-1985) dan Jerman (1990-1993). Setelah pensiun dari dinas diplomatik pada 1994, ia diangkat sebagai Duta Besar Keliling untuk Urusan Maritim dan terus terlibat aktif dalam isu-isu kelautan hingga akhir hayatnya.

Penghargaan dan Prestasi Hasjim Djalal

Hasjim Djalal memiliki segudang penghargaan dan prestasi selama kariernya yang panjang sebagai diplomat, pakar hukum laut internasional, dan tokoh maritim Indonesia. Berikut adalah beberapa penghargaan dan prestasi yang diraihnya:

1. Pengakuan Internasional dalam Bidang Hukum Laut
- Negosiator Utama dalam UNCLOS 1982
- Presiden Otoritas Dasar Laut Internasional (1996)
- Anggota Kehormatan Lembaga Hukum Laut Internasional

2. Penghargaan Nasional dan Internasional
- Bintang Mahaputra Adipradana
- Tanda Kehormatan dari Beberapa Negara

3. Prestasi Akademik dan Keilmuan
- Perintis Wawasan Nusantara
- Karya-Karya Akademik di Bidang Hukum Laut
- Pendirian Pusat Studi Hukum Laut

4. Peran Strategis di Diplomasi Maritim
- Pendukung Deklarasi Juanda (1957)
- Diplomat Perwakilan Tetap PBB

5. Pengabdian Pasca-Pensiun
- Duta Besar Keliling untuk Urusan Maritim
- Mentor bagi Generasi Diplomat Muda

Penghormatan dan Pemakaman
Hasjim Djalal dikenal sebagai figur yang rendah hati dan berdedikasi pada kepentingan bangsa. Berbagai pihak menyampaikan belasungkawa atas kepergiannya. Presiden Indonesia, tokoh-tokoh internasional, dan rekan-rekan diplomatik mengenang Hasjim sebagai tokoh visioner yang berjasa besar dalam memperjuangkan kepentingan maritim Indonesia di kancah global.

Jenazah Hasjim disemayamkan di rumah duka di Jalan Taman Cilandak III, Jakarta Selatan. Prosesi pemakaman dilaksanakan pada Senin, 13 Januari 2025, dengan upacara kenegaraan sebagai bentuk penghormatan terakhir atas jasa-jasanya.

Red/Nailil Hikmahsinpo

Editor: Harits Tryan Akhmad
Komentar: