Gencatan Senjata di Depan Mata, Sudahi Perang Genosida di Tanah Palestina

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Kamis, 16 Januari 2025 | 13:10 WIB
Gencatan senjata di Gaza diharap akhiri penderitaan warga (Foto/Instagram Gaza Now)
Gencatan senjata di Gaza diharap akhiri penderitaan warga (Foto/Instagram Gaza Now)

BeritaNasional.com -  Perang dan genosida Israel di Gaza Palestina telah memasuki hari ke-466  sejak dimulainya serangan pada 7 Oktober 2023.

Perang tersebut menewaskan 46.707 warga Palestina, menyusul serangan terbaru Israel di Gaza yang menewaskan lebih dari 62 orang dalam 24 jam terakhir, menurut data Kementerian Kesehatan di daerah kantong tersebut pada Rabu.

Sementara serangan Israel terus berlanjut, perkembangan situasi terbaru menunjukkan bahwa upaya mediasi tengah diupayakan oleh Mesir, Amerika Serikat (AS), dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.

Melansir Antara, Kamis (16/1/2025) berikut beberapa informasi yang perlu diketahui tentang perkembangan upaya mencapai gencatan senjata dan fasilitasi untuk pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel. 

1. Biden desak Netanyahu setujui gencatan senjata d Gaza

Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Minggu mendesak kepala otoritas Israel Benjamin Netanyahu agar menyepakati gencatan senjata segera di Gaza melalui perundingan yang sedang berlangsung di ibu kota Qatar, Doha.

"Dia (Biden) mendesak perlunya segera gencatan senjata di Gaza, dan pembebasan para sandera serta lonjakan bantuan kemanusiaan yang dapat dilakukan dengan berhentinya peperangan di bawah kesepakatan tersebut, menurut pernyataan Gedung Putih.

Minggu lalu, Biden mengatakan kepada wartawan bahwa 'beberapa kemajuan' sedang dilakukan dalam upaya perundingan pemulangan para sandera.

Dia berharap pemerintahnya berhasil memediasi kesepakatan sebelum masa jabatannya selesai pada 20 Januari.

Perundingan pertukaran sandera dan gencatan senjata, yang dimediasi Qatar, Mesir dan AS mengalami kebuntuan beberapa kali akibat syarat-syarat baru yang diberikan Netanyahu.

2. Hamas siap teken gencatan senjata

Gerakan perlawanan Palestina Hamas dilaporkan siap menandatangani perjanjian awal gencatan senjata dengan Israel dalam beberapa hari ke depan sebelum Donald Trump resmi menjadi Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari 2025.

Mengutip sejumlah sumber, perundingan gencatan senjata di Doha berlangsung intensif demi memastikan kesepakatan pada poin-poin utamanya, yaitu pertukaran sandera Palestina dan Israel, tercapai.

Menurut rancangan kesepakatan yang dibahas dalam perundingan, pada tahap pertama dari perjanjian yang diusulkan, Hamas akan membebaskan 34 sandera Israel dengan imbalan gencatan senjata di Jalur Gaza selama satu setengah bulan dan pembebasan sekitar seribu tahanan Palestina.

Tahap kedua dapat dimulai seminggu setelah tahap pertama berakhir, yang akan mencakup pembebasan sisa sandera dengan imbalan tahanan Palestina dan perpanjangan gencatan senjata selama satu setengah bulan lagi, demikian EFE.

Sementara itu, laporan media Israel, Kan, menyebutkan bahwa tahap pertama gencatan senjata akan berlangsung selama 42 hari dan di masa tersebut, 33 sandera Israel yang mencakup perempuan, personel militer, anak-anak, dan pria berusia 50 tahun ke atas, akan dibebaskan.

Sebagai timbal baliknya, Israel wajib membebaskan 1.300 orang Palestina yang mereka penjarakan, termasuk ratusan yang divonis penjara seumur hidup.

Rancangan kesepakatan tersebut juga disebut mencakup rencana dialog terkait pemerintahan Jalur Gaza di masa mendatang beserta rekonstruksinya.

3. Kesepakatan gencatan senjata diharapkan pada Jumat

Pada 13 Januari 2025 menyebutkan bahwa kesepakatan gencatan senjata Gaza dan pertukaran tahanan antara Israel dan kelompok Palestina Hamas hampir siap dan kemungkinan akan ditandatangani pada Jumat, menurut sejumlah sumber Palestina.

Sumber-sumber tersebut, yang berbicara kepada Anadolu secara anonim karena pembicaraan yang bersifat sensitif, mengatakan telah ada kemajuan dalam finalisasi kesepakatan tersebut.

Pada Senin (13/1/2025), penyiar publik Israel, KAN, menyebutkan bahwa kabinet keamanan Israel mungkin akan bersidang pada Selasa untuk menyetujui kesepakatan itu.

Kesepakatan tersebut hampir siap dengan asumsi situasi tetap seperti sekarang, dan penandatanganannya diharapkan pada Jumat atau bahkan lebih awal, kata sumber Palestina tersebut.

Kesepakatan terbagi menjadi tiga tahap, dengan tahap pertama berlangsung selama 40 hingga 42 hari. Di tahap pertama itu, pasukan Israel akan tetap ditempatkan di sepanjang koridor Netzarim dan Philadelphi.

Sepekan kemudian, Hamas akan menyerahkan daftar tahanan Israel yang ada dalam tahanannya, setelah itu Israel akan mengizinkan warga yang mengungsi untuk kembali ke Gaza utara.

Mengenai pengaturan kepulangan, sumber tersebut mengatakan Israel akan menarik sebagian dari Koridor Netzarim guna memungkinkan perjalanan aman warga sipil menuju utara.

Mereka yang kembali dengan berjalan kaki tidak akan dikenakan pemeriksaan, sementara mereka yang bepergian dengan mobil akan diperiksa menggunakan peralatan yang disediakan oleh pihak internasional untuk mencegah penyelundupan senjata atau individu bersenjata.

Sumber tersebut juga menyoroti perselisihan mengenai lebar zona penyangga.

Ketika Israel awalnya meminta zona selebar 1.500 meter, kedua pihak akhirnya menyetujui area 1.000 meter.

Selama tahap pertama, negosiasi lebih lanjut akan membahas secara spesifik tahap kedua dan ketiga dengan tujuan memastikan penarikan penuh Israel dari Koridor Netzarim sambil mempertahankan kehadirannya di sepanjang Koridor Philadelphi.

4. Tentara Israel bersiap mundur dari koridor Philadelphi

Pada perkembangan lebih lanjut, tentara Israel juga dikabarkan mulai bersiap mundur dari Koridor Philadelphi di perbatasan Gaza-Mesir seraya menunggu penyelesaian kesepakatan pertukaran tawanan-sandera dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Menurut laporan KAN pada Selasa malam, Israel akan menarik pasukannya secara bertahap dari wilayah Palestina di perlintasan Rafah segera setelah kesepakatan itu ditandatangani.

“Penarikan mundur tentara Israel dari Koridor Philadelphi telah dikoordinasikan dengan pejabat keamanan Israel, Mesir, dan AS,” stasiun TV Israel itu melaporkan dengan mengutip seorang sumber keamanan.

Disebutkan pula bahwa penarikan itu akan dilakukan "dalam beberapa hari pertama setelah kesepakatan dengan Hamas ditandatangani.”

Namun, proses penarikan pasukan mungkin memakan waktu hingga sepekan untuk membongkar pos-pos dan infrastruktur yang dibangun Israel di poros Netzarim di Gaza tengah, menurut laporan itu.

Meski menyebut ​​​poros Netzarim, Philadelphi, dan perlintasan Rafah, laporan KAN itu tidak membahas rencana Israel untuk menarik pasukannya dari Gaza utara.

Pada Selasa pagi, Qatar menyatakan bahwa negosiasi gencatan senjata di Gaza telah memasuki "tahap akhir" dan pengumuman kesepakatan "sudah dekat."

Majed al-Ansari, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, mengatakan bahwa draf kesepakatan telah diserahkan kepada Hamas dan Israel.

"Hambatan utama pada isu-isu penting yang dipermasalahkan kedua pihak telah diatasi,” kata dia pada konferensi pers di Doha.

Kelompok Hamas juga membenarkan bahwa kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan di Gaza “sudah berada di tahap akhir.”sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: