Abrasi dan Banjir Rob Pantai Utara Jawa Kian Mengancam, Begini Kata BNPB dan BMKG
BeritaNasional.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyoroti kondisi kawasan pesisir di pantai utara Pulau Jawa karena ancaman abrasi dan banjir rob.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan laju abrasi pantai utara Pulau Jawa cukup signifikan, yakni 200-500 meter dalam 10 tahun terakhir.
Pada periode ini, sebagian besar abrasi menyasar kawasan yang tidak terjaga oleh tanaman pohon mangrove, seperti halnya di pesisir Kabupaten Tangerang, Banten.
“Sangat terlihat daerah-daerah yang mangrovenya sudah tidak terjaga, sangat riskan tergerus dalam luasan yang cukup signifikan,” ucapnya melalui keterangannya di Jakarta pada Selasa (28/1/2025).
Abdul mengonfirmasi 579 hektare luas lahan di pesisir Kabupaten Tangerang sudah hilang karena abrasi berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dirilis pada 2015.
Mayoritas desa di pesisir Tangerang itu juga mengalami abrasi ataupun akresi selama dekade terakhir. Kondisi ini dilaporkan secara terperinci dalam Jurnal Departemen Geografi Universitas Indonesia yang berjudul “Monitoring perubahan garis pantai untuk evaluasi rencana tata ruang dan penanggulangan bencana di Kabupaten Tangerang”.
DAlam jurnal itu, Desa Tanjung Burung di Kabupaten Tanggerang mengalami laju abrasi 23,12 meter per tahun. Lahan Desa Ketapang sudah mengalami abrasi seluas 26,65 hektare. Sementara itu, laju akresi terbesar melanda Desa Kohod di Kabupaten Tanggerang dengan laju sebesar 31,41 persen per tahun dan jumlah luasannya sebesar 55,51 hektare.
Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo menyatakan ancaman abrasi atau pengikisan tanah akibat hantaman air laut yang sudah dapat ditemukan di sebagian besar wilayah pesisir pantai utara Jawa bisa menjadi gerbang masuk dari bencana banjir rob.
Menurut dia, kondisi tersebut kain merugikan masyarakat setempat karena bakal mengakibatkan masalah lainnya seperti pencemaran air dan lingkungan, hingga terjadinya penyebaran penyakit menular.
“Ini harus ditangani ya, sehingga peningkatan volume air laut yang masuk ke daratan bisa terkendalikan dan kesejahteraan masyarakat pesisir ini tetap terjaga,” kata Eko.
Menurutnya, pemerintah sudah mengupayakan banyak cara dalam menangani potensi banjir rob itu seperti pembuatan tanggul di sebanyak bataran sungai yang ada dan membangun rumah pompa. Hanya saja upaya tersebut masih belum menjangkau secara keseluruhan kawasan yang berpotensi dilanda banjir rob.
Karena itu, dibutuhkan infrastruktur yang besar untuk mengatasi potensi banjir rob di pesisir utara Pulau Jawa secara jangka panjang misalnya pembangunan Giant Sea Wall yang direncanakan pemerintahan.
7 bulan yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu