Prabowo Wajibkan Eksportir Tambang Simpan Devisa Hasil Ekspor di Dalam Negeri

Oleh: Lydia Fransisca
Senin, 17 Februari 2025 | 18:59 WIB
Presiden Prabowo Subianto (BeritaNasional/Oke Atmaja)
Presiden Prabowo Subianto (BeritaNasional/Oke Atmaja)

BeritaNasional.com -  Presiden Prabowo Subianto mengumumkan kebijakan pemerintah dalam memerkuat ketahanan ekonomi nasional melalui kewajiban penyimpanan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) di dalam negeri. 

Kebijakan ini dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2025, yang diumumkan dalam konferensi pers di Istana Merdeka Jakarta, Senin (17/2/2025).

“Dalam rangka memperkuat dan memperbesar dampak dari pengelolaan devisa hasil ekspor sumber daya alam maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2025,” jelasnya. 

Melalui PP ini pemerintah menetapkan eksportir di sektor pertambangan kecuali minyak dan gas bumi, perkebunan, kehutanan, dan perikanan wajib menempatkan 100% DHE SDA dalam sistem keuangan nasional selama 12 bulan dalam rekening khusus di bank nasional. 

Sedangkan untuk sektor minyak dan gas bumi, aturan ini tetap mengacu pada PP Nomor 36 Tahun 2023.

“Dengan langkah ini, di tahun 2025 devisa hasil ekspor kita diperkirakan bertambah sebanyak 80 miliar dolar Amerika. Karena ini akan berlaku mulai 1 Maret, kalau lengkap 12 bulan hasilnya diperkirakan akan lebih dari 100 miliar dolar,” ujarnya. 

Prabowo juga menekankan eksportir tetap diberikan fleksibilitas dalam menggunakan DHE SDA yang ditempatkan di dalam negeri. Di antaranya adalah menukar ke nilai mata uang rupiah di bank yang sama untuk operasional bisnis, membayar kewajiban pajak dan penerimaan negara bukan pajak serta kewajiban lainnya dalam valuta asing, hingga membayar dividen dalam bentuk valuta asing.

“Empat, pembayaran untuk pengadaan barang dan jasa berupa bahan baku, bahan penolong atau barang modal yang belum tersedia, tidak tersedia namun hanya sebagian, tersedia tapi spesifikasinya tidak memenuhi di dalam negeri dalam bentuk valuta asing. Lima, pembayaran kembali atas pinjaman untuk pengadaan barang modal dalam bentuk valuta asing,” paparnya. 

Sementara itu, bagi eksportir yang tidak mematuhi kebijakan ini pemerintah akan memberikan sanksi berupa penangguhan layanan ekspor. 

Kepala Negara juga menegaskan  penerapan aturan ini akan dimulai pada 1 Maret 2025 dan pemerintah akan terus mengevaluasi dampaknya terhadap perekonomian nasional.sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: