Bank Besar di Asia Bakal Pangkas 4.000 Pegawai karena AI

Oleh: Tarmizi Hamdi
Selasa, 25 Februari 2025 | 12:43 WIB
Ilustrasi kecerdasan buatan. (Foto/Freepik)
Ilustrasi kecerdasan buatan. (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Bank terbesar di Singapura berencana mengurangi 4.000 pegawai dalam tiga tahun ke depan karena meningkatnya peran kecerdasan buatan (AI) dalam mengambil alih pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia.

Dilansir dari BBC News pada Selasa (25/2/2025), Juru Bicara DBS menjelaskan bahwa pengurangan tenaga kerja disebabkan berkurangnya peran manusia dalam beberapa tahun mendatang.

"Pengurangan tenaga kerja akan terjadi karena berkurangnya jumlah pegawai secara alamiah seiring dengan berkurangnya peran sementara dan kontrak dalam beberapa tahun mendatang," ungkapnya.

Namun, kebijakan ini diperkirakan tidak akan berdampak pada karyawan tetap. Sementara itu, Kepala Eksekutif DBS Piyush Gupta mengungkapkan harapannya untuk menciptakan sekitar 1.000 pekerjaan baru yang berkaitan dengan AI.

Dengan pengumuman ini, DBS menjadi salah satu bank besar pertama yang mengungkapkan bahwa AI akan memengaruhi operasional mereka. 

Meski begitu, perusahaan tidak memerinci jumlah posisi yang akan dihapus di Singapura maupun jenis pekerjaan yang terdampak.

Saat ini, DBS memiliki sekitar 8.000 hingga 9.000 pekerja dengan status sementara dan kontrak dari total sekitar 41.000 karyawan yang dipekerjakan oleh bank tersebut.

Gupta sebelumnya menyatakan bahwa DBS telah mengembangkan teknologi AI selama lebih dari satu dekade. 

"Saat ini, kami menerapkan lebih dari 800 model AI di 350 kasus penggunaan, dan memperkirakan dampak ekonomi terukurnya akan melebihi 1 miliar dolar Singapura USD 745 juta; £592 juta) pada 2025," ucapnya

Di sisi lain, perkembangan AI terus menjadi sorotan global. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pada tahun 2024 bahwa hampir 40% pekerjaan di seluruh dunia akan terdampak oleh teknologi ini. 

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, menekankan bahwa "dalam sebagian besar skenario, AI kemungkinan akan memperburuk ketimpangan secara keseluruhan."

Sementara itu, Gubernur Bank of England Andrew Bailey dalam wawancaranya dengan BBC tahun lalu menyatakan bahwa AI tidak akan menjadi penghancur massal pekerjaan karena pekerja manusia akan beradaptasi dengan teknologi baru. Meskipun, AI memiliki risiko dan potensi besar di dalamnya.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: