Kemenag: Sidang Isbat Bagian dari Tanggung Jawab Negara

BeritaNasional.com - Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad, menegaskan bahwa sidang isbat bukan sekadar tradisi, melainkan bentuk layanan keagamaan yang menjadi tanggung jawab negara bagi umat Islam.
"Sidang isbat, hisab, dan rukyat adalah layanan keagamaan yang diberikan pemerintah kepada umat Islam. Ini bukan sekadar tradisi, tetapi bagian dari peran negara dalam memastikan kepastian hukum dan ketertiban dalam praktik ibadah," ujar Abu Rokhmad dalam sebuah forum yang dihadiri akademisi, santri, mahasiswa, dan pemerhati ilmu falak.
Menurutnya, layanan keagamaan ini setara dengan penyelenggaraan ibadah haji, umrah, pendidikan agama, hingga sertifikasi halal. Dengan demikian, pelaksanaan sidang isbat menjadi bukti kehadiran negara dalam memberikan kepastian dan kemudahan bagi masyarakat dalam menjalankan ibadah.
Ia juga menekankan bahwa sidang isbat bukan hanya acara seremonial, melainkan forum resmi yang menggunakan metode ilmiah dan syariat untuk menentukan awal bulan Hijriah. Keputusan yang dihasilkan dalam sidang ini sangat penting karena memberikan kepastian bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah seperti puasa Ramadan dan Idul Fitri.
Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar UIN Walisongo Semarang itu juga menjelaskan perbedaan metode dalam penentuan awal bulan Hijriah yang kerap menjadi perdebatan di masyarakat. Ia menegaskan bahwa metode hisab dan rukyat sama-sama memiliki dasar ilmiah dan keagamaan yang kuat serta harus dihormati sebagai bagian dari kekayaan intelektual Islam.
"Hisab adalah metode perhitungan astronomi untuk menentukan posisi bulan secara matematis tanpa perlu observasi langsung. Sementara itu, rukyat adalah metode pengamatan langsung hilal setelah matahari terbenam. Kedua metode ini memiliki landasan yang kuat dalam ilmu dan syariat Islam," jelasnya.
Abu Rokhmad menekankan bahwa Kementerian Agama selalu melibatkan berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat Islam, lembaga astronomi, dan akademisi dalam sidang isbat. Hal ini dilakukan untuk memastikan keputusan yang diambil bersifat kolektif dan dapat diterima oleh semua pihak.
"Kita harus mengedepankan ukhuwah Islamiyah dan tidak menjadikan perbedaan metode sebagai alasan perpecahan. Sidang isbat justru menjadi momentum untuk memperkuat kebersamaan dalam keberagaman pandangan," tutupnya.
8 bulan yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 6 jam yang lalu
HUKUM | 22 jam yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu