Minggu, 16 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
00:00
Subuh
00:00
Zuhur
00:00
Ashar
00:00
Magrib
00:00
Isya
00:00
RAMADAN 2025

Pesan Ramadan: Agama dan Ilmu Pengetahuan Kunci Bangun Masyarakat Madani

Oleh: Tim Redaksi
Minggu, 16 Maret 2025 | 14:00 WIB
Ilustrasi masyarakat madani. (BeritaNasional/Oke Atmaja)
Ilustrasi masyarakat madani. (BeritaNasional/Oke Atmaja)

BeritaNasional.com - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menekankan pentingnya peran agama dalam membangun masyarakat madani.

Hal ini ia sampaikan dalam orasi ilmiahnya pada acara 2nd Summit Jurnal Ummul Quran yang berlangsung di Auditorium Wisma Mandiri, Jakarta Pusat, pada Sabtu (15/3/2025).

Dalam kesempatan tersebut, Menag mengutip pandangan Cak Nur yang membedakan konsep masyarakat madani dengan civil society.

Menurut dia, istilah civil society lebih sesuai digunakan dalam konteks masyarakat Barat yang cenderung sekuler. Sementara itu, di Indonesia, konsep masyarakat madani lebih tepat karena berakar pada nilai-nilai agama serta budaya lokal.

“Madani itu berasal dari kata mudun atau madina yang berarti manusia beradab. Peradaban besar tidak lahir dari masyarakat nomaden, tetapi dari masyarakat yang menetap secara permanen. Oleh karena itu, untuk membangun masyarakat madani, kita perlu menata kehidupan beragama yang kuat dan berkelanjutan,” ujar Menag Nasaruddin, Sabtu (15/3/2025).

Lebih lanjut, Menag menegaskan bahwa agama memiliki peran krusial dalam membentuk karakter bangsa. “Kita harus memastikan bahwa ajaran Islam tetap menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat, bukan sekadar subordinasi dari nilai-nilai lain yang berkembang dalam masyarakat modern,” katanya.

Ia juga menyoroti fungsi agama dalam kehidupan sosial, bukan hanya sebagai pedoman spiritual, tetapi juga sebagai kekuatan yang mendorong perubahan sosial. “Agama itu harus bisa membetulkan jalan yang menyimpang, meluruskan pemikiran yang bengkok, melembutkan hati yang keras, serta meneguhkan pendirian yang lemah. Jika agama tidak menjalankan fungsi kritisnya, maka ia hanya akan menjadi simbol tanpa substansi,” ungkapnya.

Salah satu tantangan utama dalam menjaga independensi agama, menurut Menag, adalah memastikan bahwa lembaga keagamaan tidak sepenuhnya bergantung pada pemerintah.

“Ketika pemimpin agama atau ormas-ormas Islam terlalu bergantung pada negara, maka jangan harap agama bisa menjalankan fungsi kritisnya secara independen. Ini adalah tantangan besar yang harus kita hadapi bersama,” jelasnya.

Dalam membangun masyarakat madani, Menag juga menyoroti pentingnya pemberdayaan ekonomi serta peningkatan kualitas pendidikan. “Ekonomi kita masih menjadi penonton di negeri sendiri. Dalam sektor ilmu pengetahuan, kita juga masih tertinggal. Dari 300 PhD asal Indonesia yang berada di Amerika, hanya satu yang Muslim. Ini menunjukkan bahwa kita harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar umat Islam bisa lebih kompetitif di kancah global,” paparnya.

Ia juga menyoroti ketimpangan dalam bidang akademik, di mana dominasi ilmu sosial dan humaniora di kalangan akademisi Muslim perlu diseimbangkan dengan keahlian dalam sains dan teknologi.

“Saat ini, 90% PhD umat Islam di Amerika adalah di bidang sosial, politik, dan agama, sementara hanya 10% yang di bidang teknik, kedokteran, dan sains. Padahal, penguasaan ilmu sains dan teknologi adalah kunci untuk menjadi bangsa yang maju,” tandasnya.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: