Denny JA Lengkapi Heptalogi Puisi Esai dengan Buku Ketujuh Bertema Tragedi Global

Oleh: Tim Redaksi
Kamis, 03 Juli 2025 | 18:01 WIB
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA. (Foto/istimewa)
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA. (Foto/istimewa)

BeritaNasional.com - Sastrawan dan intelektual publik Denny JA resmi meluncurkan buku ketujuh sekaligus penutup dari heptalogi puisi esainya berjudul “Yang Menggigil dalam Arus Sejarah” pada tahun 2025. Buku ini memperluas cakupan narasi dari sejarah Indonesia ke tragedi-tragedi global, seperti Revolusi Prancis, Holocaust, pembantaian di Nanking, hingga dampak bom atom di Hiroshima.

Karya ini melengkapi rangkaian tujuh buku puisi esai yang ditulis sejak 2012. Berbeda dari buku-buku sebelumnya yang fokus pada luka sejarah Indonesia, buku ketujuh ini menyuarakan nurani kemanusiaan lintas batas negara.

“Sejarah resmi menulis pahlawan. Tapi puisi esai menulis korban,” ujar Denny JA dalam peluncuran bukunya, seperti dikutip dari rilis resmi Penerbit CBI, Kamis (3/7/2025).

Puisi esai adalah genre sastra yang memadukan narasi puitik dengan riset sejarah. Denny JA dikenal sebagai pencetus genre ini di Indonesia, dan sejak itu, puisi esai telah tumbuh menjadi gerakan sastra lintas batas, dengan komunitas aktif di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara. Festival Puisi Esai ASEAN pun telah digelar sebanyak empat kali.

Menurut CBI, proyek heptalogi ini bukan sekadar karya sastra, tetapi juga arsip nurani kolektif bangsa dan dunia. Di tengah gempuran informasi digital yang dangkal, puisi esai hadir sebagai ruang perenungan yang mendalam. CBI menekankan tiga alasan mengapa genre ini penting dalam memahami sejarah:

Menyentuh sisi terdalam manusia:
Data dan angka tidak selalu mampu menyampaikan luka. Puisi menyentuh langsung sisi emosional dan batin manusia.

Memperluas definisi sejarah:
Tidak hanya menarasikan pemenang, tapi juga mereka yang dilupakan sejarah: perempuan penghibur, eksil, anak tanpa negara.

Menghidupkan narasi yang dilupakan:
Di tengah dominasi suara mayoritas, puisi esai memberi ruang bagi suara yang nyaris punah.

Daftar Lengkap Heptalogi Puisi Esai Denny JA:

Atas Nama Cinta (2012) – Tentang diskriminasi atas cinta.

Kutunggu di Setiap Kamisan (2018) – Tentang mereka yang hilang paksa.

Jeritan Setelah Kebebasan (2015) – Tentang konflik pasca-reformasi.

Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (2024) – Tentang mereka yang tertinggal saat proklamasi.

Mereka yang Mulai Teriak Merdeka (2024) – Tentang pahlawan sebagai manusia biasa.

Mereka yang Terbuang di Tahun 1960-an (2024) – Tentang mereka yang kehilangan tanah air.

Yang Menggigil dalam Arus Sejarah (2025) – Tentang tragedi global yang mengguncang nurani dunia.

Dengan genre puisi esai yang diciptakannya, Denny JA berusaha menjembatani sejarah dan empati. "Sebab kemerdekaan sejati, seperti puisi, adalah keberanian untuk terus mendengarkan yang tak lagi punya suara,” pungkasnya.sinpo

Editor: Harits Tryan
Komentar: