Orang Utan Tapanuli Jadi Prioritas Konservasi karena Terancam Punah

BeritaNasional.com - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Wanda Kuswanda mengatakan, Orang Utan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) perlu menjadi salah satu spesies prioritas yang dikonservasi karena menghadapi ancaman besar yang dapat menekan jumlah populasinya.
Dalam diskusi daring yang diadakan oleh Belantara Foundation yang diikuti dari Jakarta, Peneliti Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN Wanda menyampaikan Orang Utan Tapanuli adalah spesies orang utan tertua yang hanya bisa ditemui di lanskap Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut).
Selain itu populasi dari Orang Utan Tapanuli di wilayah Batang Toru dengan luas 240-280 ribu hektare, kata dia, diperkirakan hanya tersisa sekitar 577-760 individu dalam kondisi habitat yang sudah terdegradasi dan meningkatkan potensi inbreeding atau perkawinan sedarah.
"Hal ini menjadikan Orang Utan Tapanuli salah satu spesies yang perlu dikonservasi secara prioritas," katanya.
Ancaman lain yang dihadapi spesies kritis terancam punah menurut Daftar Merah IUCN itu adalah peningkatan aktivitas masyarakat di wilayah tersebut, dengan pertumbuhan manusia meningkat dalam lima tahun terakhir.
Kebanyakan sumber kehidupan masyarakat di wilayah itu yaitu bertani dan berkebun juga meningkatkan interaksi negatif, dengan warga menganggap mereka sebagai hama yang memakan hasil perkebunan.
Padahal, kata dia, sebagai penghuni asli wilayah tersebut, Orang Utan Tapanuli menghadapi fakta bahwa pakan mereka menurun akibat pembukaan lahan yang dilakukan manusia untuk perkebunan dan penebangan pohon yang menjadi sarang mereka karena adanya kebutuhan kayu.
Karena masih adanya pandangan orang utan sebagai hama bagi perkebunan tersebut, terjadi kegiatan pengusiran yang menyebabkan orang utan merasakan stres dan bahkan menyebabkan kematian.
Karena itu Wanda mendorong adanya upaya memastikan koeksistensi antara manusia dan orang utan di wilayah Batang Toru. Perlu dilakukan adanya restorasi habitat dan pengembangan koridor satwa sebagai area preservasi disertai pengawasan untuk meminimalisir degradasi lahan terutama di wilayah dengan izin Hak Guna Usaha (HGU).
Untuk masyarakat, yang saat ini berorientasi di pertanian dan perkebunan ke depannya bisa mengembangkan ekonomi alternatif seperti ekowisata, perikanan, dan jasa lingkungan atau bahkan lewat Program Perhutanan Sosial milik Kementerian Kehutanan (Kemenhut).
Tidak hanya itu revitalisasi kearifan lokal dan budaya, kata dia, diperlukan terutama bagi generasi muda, untuk mengubah sudut pandang orang utan sebagai hama, meski mereka berperan penting dalam pelestarian ekosistem. Kemudian juga penguatan kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah.
Hal itu, kata Wanda, tidak dapat dicapai ketika manusia menganggap dirinya berada di atas makhluk hidup lain.
"Untuk mewujudkan koeksistensi ketika kita manusia, khususnya mungkin orang-orang di Sumatera Utara khususnya di Tapanuli, menyetarakan bahwa kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya bagi kita itu seimbang untuk memenuhi kebutuhan ekologi bagi orang utan," jelasnya.
Sumber: Antara
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu