Jakarta Hadapi Krisis Air, Transformasi PAM Jaya Tak Bisa Ditunda

Oleh: Lydia Fransisca
Jumat, 19 September 2025 | 18:02 WIB
Kota Jakarta (Beritanasional/Oke Atmadja)
Kota Jakarta (Beritanasional/Oke Atmadja)

BeritaNasional.com - Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin menegaskan, percepatan transformasi layanan air perpipaan tidak bisa ditunda.

Pasalnya, target 100 persen layanan air perpipaan bagi warga Jakarta harus tercapai sesuai arahan Gubernur DKI hingga 2029.

Dalam forum Balkoters Talk bertajuk Implementasi Smart Water Management untuk 100 Persen Layanan Air Jakarta di Balai Kota, Jumat (19/9/2025), Arief pun meminta maaf bila proyek ini menyebabkan kemacetan bagi warga Jakarta.

"Target yang dipatok Gubernur sampai 2029 mencakup pembangunan 7.000 kilometer pipa. Dampaknya menimbulkan kemacetan karena memang tidak bisa lagi tidak menggunakan badan jalan," kata Arief.

Namun, Arief mengakui tantangan penyediaan air baku masih besar. Salah satunya adalah Bendungan Karian yang dijanjikan Kementerian PU belum bisa berkontribusi. 

Padahal, 85 persen pasokan air baku Jakarta masih bergantung pada luar wilayah, termasuk Jatiluhur.

"Tapi pesan Pak Gubernur jelas jangan bergantung pada satu sumber. Kami cari alternatif, bahkan ke Banten," ujar Arief.

Selain itu, jaringan pipa menua juga jadi pekerjaan berat. Sebanyak 70 persen pipa berusia 25-40 tahun, sebagian besar bukan food grade dan rawan kebocoran. 

Kondisi ini memicu tingginya non-revenue water (NRW) dengan potensi kerugian Rp1 triliun per tahun.

Untuk menutup celah itu, PAM Jaya menyiapkan empat instalasi pengolahan air (IPA) baru di Semanan, Muara Karang, Condet, dan Kanal Banjir Barat 2. 

Teknologi water purifier juga diperkenalkan agar air perpipaan tetap layak minum meski melewati pipa lama.

"Air perpipaan PAM hanya Rp1 per liter, sangat murah dibanding air kemasan. Kami ingin masyarakat beralih," ucap Arief.

Arief menambahkan, transformasi digital ikut digenjot. Inovasi mencakup peluncuran super apps, penggunaan smart water meter digital pada 49 ribu pelanggan, hingga pembangunan mobil laboratorium mikrobiologi untuk uji kualitas air secara cepat.

"PAM Jaya tidak mengambil air tanah, hanya mengolah air permukaan. Kami bekerja siang malam untuk mengakhiri ketergantungan warga pada air galon dan gerobak. Target 2029 harus tercapai," tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Firdaus Ali menegaskan transformasi tata kelola air di Ibu Kota sudah mendesak.

"Air adalah sumber kehidupan. Hampir semua kitab suci menyebut air sebagai lambang surga. Namun ironinya, Jakarta dengan 13 sungai dan 76 anak sungai, tak satu pun yang layak jadi air baku. Semua tercemar limbah," kata Firdaus.

Firdaus mengungkapkan cakupan layanan air perpipaan Jakarta masih rendah, bahkan di bawah 50 persen.

"Pipanya ada, tapi airnya sering tidak mengalir," ujar Firdaus.

Ia juga menyoroti NRW Jakarta yang mencapai 45-47 persen, disebut sebagai salah satu yang terburuk di dunia untuk kota dengan populasi lebih dari lima juta jiwa.

"Tantangan PAM Jaya tidak ringan, memperluas layanan sekaligus menekan kebocoran masif ini," ungkapnya.

Firdaus pun menekankan transformasi PAM Jaya menjadi Perseroda bukan privatisasi, melainkan langkah memperkuat transparansi tata kelola.

"Tidak ada hubungannya dengan swastanisasi. Kendali penuh tetap ada di PAM Jaya. Justru ini kesempatan untuk membangun trust publik melalui tata kelola yang terbuka," tegas Firdaus.

Ia mengingatkan, Jakarta berpacu dengan waktu menghadapi penurunan muka tanah, ekstraksi air tanah dalam, dan ancaman rob.

"Kalau kita tidak bergerak cepat, jangan sampai tahun 2050 garis pantai sudah bergeser ke Harmoni. Solusinya jelas percepat layanan air perpipaan, kurangi kebocoran, dan perkuat sistem pertahanan pesisir," tandas dia.
 sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: