Hari Batik Nasional: Kisah, Filosofi dan Polemik di Balik Peringatannya

Oleh: Tim Redaksi
Kamis, 02 Oktober 2025 | 11:46 WIB
Perajin membuat batik khas kota Depok. (BeritaNasional/Elvis Sendouw)
Perajin membuat batik khas kota Depok. (BeritaNasional/Elvis Sendouw)

BeritaNasional.com - Hari Batik Nasional diperingati setiap 2 Oktober di Indonesia. Penetapan ini berkaitan erat dengan pengakuan UNESCO yang menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi atau Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada tahun 2009.

Sejak saat itu, pemerintah Indonesia mendorong masyarakat dari berbagai kalangan mulai dari pejabat negara, pegawai BUMN, hingga pelajar untuk mengenakan batik di tanggal tersebut. Tujuannya bukan hanya sebagai bentuk kebanggaan, tetapi juga langkah nyata melestarikan warisan budaya.

Sejarah Hari Batik Nasional

Batik Indonesia mulai dikenal dunia sejak Presiden Soeharto memperkenalkannya dalam forum PBB. Lalu, pada 4 September 2008, pemerintah Indonesia melalui kantor Menko Kesejahteraan Rakyat mendaftarkan batik ke UNESCO.

Proses ini akhirnya membuahkan hasil pada 9 Januari 2009, ketika pengajuan batik diterima secara resmi. Pengukuhan terjadi dalam sidang keempat Komite Antar-Pemerintah UNESCO di Abu Dhabi pada 2 Oktober 2009.

Pengakuan tersebut melengkapi daftar budaya Indonesia yang sebelumnya sudah diakui UNESCO, yakni keris dan wayang. Untuk memperkuat hal ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan Keputusan Presiden No. 33 Tahun 2009 yang menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Pentingnya Peringatan Hari Batik Nasional

Peringatan ini bukan sekadar seremonial. Ada beberapa makna penting di baliknya, yaitu:

- Identitas Bangsa – Batik mencerminkan kekayaan budaya dan filosofi kehidupan masyarakat Indonesia.

- Perlindungan Budaya – Menjadi pengingat pentingnya melestarikan batik agar tidak tergerus zaman.

- Penguatan Ekonomi Kreatif – Industri batik membuka banyak lapangan kerja serta mendukung UMKM.

- Diplomasi Budaya – Batik menjadi ikon internasional yang memperkuat citra Indonesia di mata dunia.

Sengketa Budaya dengan Malaysia

Tak bisa dipungkiri, pengakuan batik oleh UNESCO sempat memicu polemik dengan Malaysia. Negeri Jiran tersebut pernah mengklaim batik sebagai bagian dari budaya mereka. Perseteruan ini makin rumit karena kedua negara memang memiliki sejarah, bahasa, dan akar budaya yang serupa.

Selain batik, perdebatan juga pernah terjadi terkait penggunaan lagu daerah “Rasa Sayange” oleh Malaysia dalam iklan pariwisatanya. Meski menimbulkan ketegangan, kontroversi ini justru mempertegas pentingnya Indonesia menjaga dan melindungi warisan budayanya secara resmi.

(Rep/Nisa)

sinpo

Editor: Harits Tryan
Komentar: