Bos Uniqlo Ajak Asia Kompak Hadapi Tarif Resiprokal Trump

BeritaNasional.com - President and CEO Fast Retailing, perusahaan induk dari jenama pakaian Uniqlo, Tadashi Yanai menyerukan kekompakan negara Asia, khususnya Indonesia dalam menghadapi tarif resiprokal yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
"Kita harus menghadapi tantangan ini, Asia khususnya Indonesia adalah mesin pertumbuhan. Kita perlu bersatu sebagai Asia dan menunjukkan kekuatan kita," kata Tadashi dalam Forbes Global CEO Conference di Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Tadashi pun berharap, kebijakan yang diberlakukan itu tak memberikan dampak resesi, serta mengajak penguatan kolaborasi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
"Mari bekerja sama untuk masa depan yang lebih baik," ujar Tadashi.
Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengatakan, tarif balasan atau resiprokal yang diterapkan oleh AS terhadap produk Indonesia sebesar 19 persen sudah kompetitif di pasar global.
"19 persen itu sudah kompetitif," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie ditemui usai menghadiri Forbes Global CEO Conference di Jakarta, Selasa (14/10).
Menurut Anindya, guna memaksimalkan potensi penguatan daya saing dari tarif yang diterapkan oleh AS, pemerintah perlu memastikan kemudahan perizinan dalam melakukan bisnis di Indonesia, serta memperkuat infrastruktur agar menciptakan rasa nyaman untuk para investor.
Di hari yang sama, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan, alasan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan tarif impor tinggi kepada negara mitra dagang yaitu lantaran ingin meningkatkan kembali sektor manufaktur.
Agus menjelaskan, sektor manufaktur AS hanya menyumbang kurang dari 12 persen Produk Domestik Bruto (PDB) negaranya. Menurut dia, Trump saat ini ingin mengembalikan kekuatan sektor manufaktur.
Sebagai informasi, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sejak pertengahan tahun 2025 sudah menerapkan tarif balasan atau resiprokal produk negara mitra dagang. Indonesia Sendiri pada Agustus 2025 secara resmi diterapkan tarif produk 19 persen ke pasar AS.
Tarif yang diperoleh Indonesia lebih rendah dibanding negara lain, seperti Vietnam memperoleh tarif balasan 20 persen, Kanada 35 persen, India 50 persen, dan Brasil 50 persen. Meski demikian, Pemerintah Indonesia menyatakan negosiasi tarif tersebut belum rampung, dan masih ada kemungkinan tarif untuk Indonesia menjadi lebih rendah.
Sumber: Antara
EKBIS | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
EKBIS | 14 jam yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
POLITIK | 14 jam yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
EKBIS | 11 jam yang lalu