Dokter: Metanol pada Bir Oplosan Merusak Mata
Beritanasional.com - Dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Dr dr Syntia Nusanti mengatakan, metanol yang terkandung pada bir oplosan dapat merusak mata. Sebab metanol do bir bisa menyebabkan penurunan penglihatan dan langsung menyerang saraf optik.
"Kita sering baca ya, orang yang meninggal karena minum oplosan. Itu seringkali ada juga mengalami kebutaan karena minum oplosan. Nah, dia bukan karena peningkatan tekanan intrakranial, tapi karena efek dari metanol yang diminum langsung kepada saraf optik," kata Syntia.
Hal itu dia sebut sebagai respons dari pertanyaan mengenai keterkaitan antara konsumsi bir oplosan serta trauma di sekitar kepala dengan risiko papiledema.
Dokter Syntia menjelaskan, pasien yang mengalami intoksikasi metanol memiliki keluhan yang berbeda dengan pasien papiledema.
Pada jenis pasien pertama, katanya, keluhannya berupa penghilatan yang sangat buram, sampai tidak bisa melihat apapun.
"Sedangkan kalau papiledema kan dia datang dengan keadaan sakit kepala hebat, mual muntah, mungkin ada gangguan penglihatan, mungkin tidak," katanya.
Dikutip dari Antara, adapun untuk trauma, ujarnya, hal tersebut tergantung posisi traumanya. Menurutnya, trauma kepala seringkali bisa menyebabkan tidak hanya peningkatan tekanan intrakranial, tapi kerusakan dari struktur otak lainnya.
Pada kesempatan itu, dia menyebutkan penyebab papiledema, sebuah penyakit di mana kepala saraf optik di kedua mata mengalami pembengkakan. Hal-hal tersebut seperti tumor di otak yang menyebabkan peningkatan tekanan di bagian intrakranial, atau hambatan dalam pengeluaran cairan di otak.
Dia menjelaskan, papiledema bukan penyakit yang berhubungan dengan usia, dan banyak sekali penyebabnya. Selain tumor di otak dan hambatan pengeluaran cairan, terdapat sebab-sebab lain, contohnya infeksi di otak, seperti meningitis.
"Namun ada juga yang kita sebut sebagai idiopatik. Nah idiopatik ini terjadi peningkatan tekanan di intrakranial tanpa sebab khusus gitu," katanya.
Dikutip dari Antara, menurutnya, untuk papiledema yang sifatnya idiopatik, banyak ditemukan pada perempuan-perempuan obesitas berusia kisaran 30-40 tahun.
5 bulan yang lalu
DUNIA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 23 jam yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
POLITIK | 20 jam yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu