Hamas Sudah Menerima Tanggapan Israel terhadap Usulan Gencatan Senjata
BeritaNasional.com - Hamas mengatakan, mereka telah menerima tanggapan resmi Israel terhadap proposal gencatan senjata terbarunya. Wakil Ketua Hamas Khalil Al-Hayya mengatakan, pihaknya akan mempelajarinya sebelum mengajukan jawabannya.
“Hamas hari ini telah menerima tanggapan resmi dari pendudukan Zionis terhadap proposal yang disampaikan kepada mediator Mesir dan Qatar pada 13 April,” Khalil Al-Hayya, yang saat ini berbasis di Qatar dalam sebuah pernyataan.
Dikutip dari VOA, Minggu (28/4/2024), setelah lebih dari enam bulan berperang dengan Israel di Gaza, perundingan masih menemui jalan buntu. Hamas tetap berpegang pada tuntutannya bahwa perjanjian apa pun harus mengakhiri perang.
Delegasi Mesir mengunjungi Israel untuk berdiskusi dengan para pejabat Israel pada Jumat (26/4), mencari cara untuk memulai kembali perundingan guna mengakhiri konflik dan mengembalikan sisa sandera yang disandera Hamas, kata seorang pejabat yang mengetahui pertemuan tersebut.
Pejabat tersebut, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa Israel tidak memiliki usulan baru untuk diajukan. Namun, pihaknya bersedia untuk mempertimbangkan sebuah kesepakatan gencatan senjata yang bersifat terbatas, yang melibatkan pembebasan 33 sandera oleh Hamas. Hal ini menjadi perbandingan dengan usulan sebelumnya yang membahas pembebasan 40 sandera.
Pada Kamis, Amerika Serikat (AS) dan 17 negara lainnya meminta Hamas untuk membebaskan semua sandera sebagai jalan untuk mengakhiri krisis ini.
Hamas menegaskan bahwa meskipun tidak akan tunduk pada tekanan internasional, dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat, mereka menyatakan terbuka untuk menerima ide atau proposal apapun yang memperhitungkan kebutuhan dan hak-hak rakyat mereka.
Mengutip dari dua pejabat Israel, Axios melaporkan bahwa Israel menyampaikan kepada mediator Mesir pada Jumat bahwa mereka bersedia memberikan "kesempatan terakhir" dalam perundingan sandera untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas sebelum memulai invasi ke Rafah. Rafah merupakan tempat perlindungan terakhir bagi sekitar satu juta orang di Gaza. Warga Palestina telah melarikan diri lebih jauh ke utara di Gaza saat awal perang, menghindari pasukan Israel.
5 bulan yang lalu
DUNIA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
POLITIK | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
POLITIK | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu