Ruang Antariksa Bakal Jadi Ekonomi Baru Masa Depan, Kok Bisa?

Oleh: Tarmizi Hamdi
Kamis, 06 Juni 2024 | 13:01 WIB
Ilustrasi ruang angkasa. (Foto/Pixabay)
Ilustrasi ruang angkasa. (Foto/Pixabay)

BeritaNasional.com - Ruang antariksa menjadi salah satu peluang alternatif dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menjelaskan saat ini yang berkembang adalah pemanfaatan ruang antariksa untuk telekomunikasi. Ke depan, penginderaan jauh atau remote sensing menjadi alternatif.

“Remote sensing itu basisnya adalah citra data yang diambil dari satelit yang diolah. Itu yang bisa menjadi produk yang dijual kepada pengguna. Misalnya, bagaimana bisa mengamati perkebunan sawit, melihat kebakaran hutan, dan mengukur sawah yang akan panen,” katanya di Gedung B.J Habibie, Jakarta, Rabu (5/6).

Ironisnya, kata dia, sampai saat ini, kebutuhan terhadap data citra satelit Indonesia membeli dari pihak lain seharga Rp 475 miliar tiap tahun. Jadi, terobosan untuk investasi membuat satelit sangat mungkin.

“Lebih baik Rp 475 miliar itu untuk investasi bangun satelit dan jualan data. Jadi, sebenarnya secara finansial tidak terlalu muluk-muluk, yang dibutuhkan minimal enam satelit remote sensing yang kombinasi berbasis optik dan radar,” ujarnya.

Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Donny Ermawan Taufanto mendukung pentingnya teknologi antariksa bagi sistem pertahanan negara.

“Teknologi antariksa seperti pemanfaatan satelit komunikasi, satelit penginderaan jauh, dan satelit navigasi sangat penting dalam mendukung operasi-operasi militer, misalnya di Papua. Selama ini kita masih menggunakan satelit asing,” paparnya.

“Ke depan, kami berharap memiliki satelit sendiri sehingga kerahasiaan data dapat diutamakan,” ujarnya.

Donny berharap BRIN juga dapat berkontribusi dalam hal dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi electronic warfare.

“Bagaimana kita bisa menjamin spektrum elektromagnetik ini dapat kita gunakan dalam misi operasi militer, namun pihak lawan tidak dapat menggunakannya, misalnya dengan electronic attack maupun electronic protection,” jelasnya.

“Tidak menutup kemungkinan para separatis di Papua juga menggunakan internet dan Starlink untuk berkomunikasi ke dunia internasional. Hal ini tentunya dapat mengganggu diplomasi internasional kita,” tandasnya.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: