BRIN Dorong Pemanfaatan Teknologi Nuklir untuk Ketahanan Pangan Nasional

Oleh: Tim Redaksi
Minggu, 29 Juni 2025 | 03:00 WIB
Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Syaiful Bakhri (kanan) saat berpidato. (Foto/BRIN)
Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Syaiful Bakhri (kanan) saat berpidato. (Foto/BRIN)

BeritaNasional.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) turut mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia dengan mendorong pemanfaatan teknologi nuklir.

Langkah tersebut dinilai mampu mengatasi berbagai tantangan, mulai dari perpanjangan masa simpan hingga keamanan pangan.

Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN Syaiful Bakhri menekankan pentingnya peran vital teknologi, khususnya nuklir, dalam ketahanan pangan. 

Ia menyebut teknologi tersebut dapat memperpanjang masa simpan, menjaga kandungan gizi, serta memastikan keamanan pangan dari mikroba dan hama.

"Pemanfaatan teknologi, termasuk teknologi nuklir, bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan menjadi tulang punggung dalam memastikan pangan Indonesia tidak hanya cukup secara kuantitas, tetapi juga unggul dari sisi kualitas," ungkap Syaiful yang dikutip dari Antaranews pada Sabtu (28/6/2025).

Ia juga menjelaskan bahwa penggunaan tenaga nuklir dalam bidang ini efektif mengatasi food loss, yaitu hilangnya pasokan pangan sebelum sampai ke konsumen.

Syaiful menjelaskan Indonesia saat ini memiliki fasilitas dan kompetensi yang memadai di bidang teknologi nuklir untuk pangan. 

Pengembangan tersebut dilakukan di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) G.A. Siwabessy di Jakarta.

"Jajaran SDM mencakup 506 peneliti, yang terbagi menjadi tujuh Pusat Riset, yaitu Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi (PRTPR), Pusat Riset Teknologi Akselerator (PRTA), Pusat Riset Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRBNLR), Pusat Riset Teknologi Analisis Berkas Nuklir (PRTABN), Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir (PRTRN), Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri (PRTRRB), dan terakhir Pusat Riset Teknologi Keselamatan, Metrologi, dan Mutu Nuklir (PRTKMMN)," papar Syaiful.

Kepala PRTPR BRIN Irawan Sugoro menjelaskan lebih lanjut bahwa teknologi iradiasi mampu menjaga kualitas pangan tanpa mengubah rasa, tekstur, maupun kandungan nutrisinya. 

Ia memaparkan, teknologi iradiasi telah banyak dimanfaatkan untuk pengujian tanpa merusak (non-destructive testing) serta sterilisasi alat kesehatan, khususnya di sektor pertambangan dan kesehatan.

"Namun tantangan terbesar tetap terletak pada penerimaan publik. Stigma terhadap istilah radiasi masih menjadi hambatan utama, meski aplikasinya sudah terbukti aman dan digunakan luas di berbagai negara maju," ujar Irawan.

Peneliti PRTPR BRIN, Murni Indarwatmi, memaparkan beragam manfaat iradiasi dalam memperkuat ekspor pangan, khususnya untuk memenuhi persyaratan ketat negara tujuan seperti Australia.

"Iradiasi untuk fitosanitari memungkinkan pengendalian hama tersembunyi seperti lalat buah dan kutu putih, tanpa perlu perlakuan manual yang mahal dan memakan waktu. Ini sangat relevan bagi buah-buahan ekspor seperti mangga dan manggis," ucapnya.

Selain itu, menurut dia, teknologi iradiasi juga unggul dalam sterilisasi produk herbal, daging olahan, hingga komponen pangan seperti bubuk cabai dalam mi instan. 

"Dengan daya tembus tinggi dan proses tanpa kontak langsung, iradiasi memungkinkan perlakuan yang efisien dan higienis, bahkan terhadap produk yang telah dikemas," tandasnya.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: