Ini Keinginan Mulia Anak Polisi Korban Bom Surabaya yang Lolos Jadi Polwan

Oleh: Lydia Fransisca
Jumat, 12 Juli 2024 | 07:25 WIB
Tangis haru anak polisi korban bom Surabaya yang lolos rekrutmen Polri. (Foto/Humas Polri)
Tangis haru anak polisi korban bom Surabaya yang lolos rekrutmen Polri. (Foto/Humas Polri)

BeritaNasional.com -  Calon siswa Sekolah Polisi Wanita Lembaga Pendidikan dan Latihan (Sepolwan Lemdiklat) Polri Aqiella Nadya Shafwah menangis saat diumumkan lolos seleksi rekrutmen Bintara Polri Tahun Anggaran 2024.

Dia memeluk sang ayah, Ipda Ahmad Nurhadi, anggota polisi korban peristiwa Bom Surabaya 2018, yang hadir di sidang akhir pengumuman seleksi Bintara Polda Jawa Timur (Jatim).

Sebagai informasi, Ipda Ahmad Nurhadi mengalami kebutaan dan luka berat pada kaki kiri akibat bom yang meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela pada enam tahun lalu.

“Bapak korban bom pada 2018, saat itu saya masih SMP. Dari situ saya bangga dengan Bapak, bahwa Bapak dalam pengabdiannya menjaga misa gereja, menjaga jemaat gereja hingga mengorbankan diri Bapak," kata Aqiella kepada Staf Sumber Daya Manusia (SSDM) Polri, Kamis (11/7/2024).

"Saya ingin menjadi seperti bapak saya, pahlawan. Saya ingin menjadi seperti bapak saya, ingin meneruskan perjuangan bapak saya,” tambahnya.

Aqiella kemudian kembali mengingat peristiwa Bom Surabaya 2018 yang merenggut penglihatan ayahnya itu.

“Yang masih terngiang-ngiang di hari itu ketika Bapak saya dinas, pamit dinas bilangnya jaga gereja seperti biasa itu di hari Minggu, ya bapak berangkat tugas seperti biasa. Bapak jaga gereja bersama rekan satunya, Om Junaidi. Posisinya Bapak itu ada di depan, di samping pos satpam. Tiba-tiba saat bergantian misa jemaat gereja itu, ada sepeda motor yang tiba-tiba nyelonong gitu masuk, ternyata mereka pelaku bom bunuh diri, teroris yang membawa dua bom. Terus ketika meledak, bapak saya terjatuh,” cerita Aqiella.

Aqiella menyebutkan saat itu dia mendapat kabar mengerikan itu dari rekan ayahnya. Dia pun hanya bisa menguatkan ibunya dan berharap sang ayah diberi keselamatan.

“Tiba-tiba saya dapat kabar dari rekan Bapak saya, ‘Wah ini gereja yang dijaga sama Bapak terkena bom’. Langsung saya kaget, saya lemas, kenapa kok harus Bapak saya yang kena ya Allah. Saya nangis, saya saling menguatkan mama untuk, ‘Nggak apa-apa Ma, InsyaAllah, Bapak masih diberi kesempatan lagi sama Tuhan’,” ujar Aqiella.

Tak hanya mengalami kebutaan, Ipda Ahmad Nurhadi juga mengalami luka berat di bagian kaki kiri di mana tulang kakinya hancur dan luka bakar 40 persen di bagian kiri tubuh.

“Bapak tidak bisa melihat apa-apa, lalu sekujur tubuhnya panas. Jadi Bapak saya kehilangan penglihatannya, terus tulang kakinya hancur, hancur 12 senti tulang pergelangan yang sebelah kiri. Yang paling parah anggota tubuh sebelah kiri itu kena luka bakar 40 persen,” ungkap Aqiella.

Kala itu, lanjut Aqiella, dia sekeluarga merasakan kepedihan mendalam atas peristiwa itu. Namun, semangat Ipda Ahmad Nurhadi melanjutkan hidup menjadi kekuatan dan motivasi bagi Aqiella untuk melanjutkan tugas ayahnya sebagai abdi negara.

“Saya sudah melihat perjuangan Bapak, ini bagi saya sangat keren sekali. Jadi pengabdiannya Bapak ini bukan main-main, tapi sungguh bukan hanya sekadar bekerja mencari nafkah untuk keluarga tapi mengabdi kepada masyarakat dan negara, sampai harus mengorbankan diri sendiri, taruhannya nyawa,” ucap Aqiella.

Aqiella mengaku dirinya yang sudah bertekad menjadi polwan kemudian menyampaikan keinginan itu pada ayahnya. Aqiella mengatakan Ipda Ahmad Nurhadi mendukung niat Aqiella untuk melanjutkan pengabdiannya sementara sang ibunda memasrahkan pilihan pada Aqiella.

“Bapak mendukung saya, mendukung saya dengan cita-cita saya ini untuk meneruskan perjuangannya Bapak. Kalau Ibu diserahkan kepada saya, nggak ada paksaan. Pokoknya apa pun yang saya pilih, jika itu yang terbaik, maka akan didoakan, didukung juga,” tegas Aqiella.

Lebih lanjut, Aqiella sendiri mengikuti rekrutmen Bintara Polri lewat jalur rekrutmen proaktif (rekpro). Meski demikian, Aqiella sudah mempersiapkan fisik, mental, serta kemampuan akademis sebelum proses seleksi.

“Saya ini Bintara Polri jalur rekpro, penghargaan orang tua, penghargaan terhadap Bapak. Proses rekpro dengan reguler sama saja, tapi rekpro setahu saya ada kuotanya. Tesnya nggak ada yang membedakan, sama-sama wajib mengikuti semuanya mulai dari jasmani, terus psikologi dan lain-lain sama saja. Jadi saya sebelumnya sudah mulai belajar untuk tes akademik, soal-soal psikologi, sama yang pertama pasti mempersiapkan mental dulu,” kata Aqiella.

Aqiella mempelajari soal-soal tes masuk Bintara Polri dari internet. Dalam persiapan tes jasmani, Aqiella mempersiapkan kemampuan renang, shuttle run, dan lainnya.

“Belajar di internet gitu, sama persiapan fisik, latihan jasmani, lari, berenang, shuttle run kayak gitu di sela-sela sekolah,” sebut Aqiella.

Terakhir, Aqiella mengucapkan terima kasih kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Asisten Kapolri bidang Sumber Daya Manusia (As SDM Kapolri) Irjen Dedi Prasetyo, Kapolda Jatim Irjen Imam Sugianto, dan Kapolrestabes Surabaya Kombes Pasma Royce yang dinilai memberinya kesempatan mengikuti proses rekrutmen Bintara Polri.

“Bapak saya senang banget, dia senang banget. Saya ingin mengucapkan terima kasih juga kepada Bapak Kapolri, Bapak Asisten SDM, Bapak Kapolda Jatim, dan Bapak Kapolrestabes Surabaya karena sudah memberikan saya kesempatan ikut di penerimaan Bintara 2024 ini, dan juga untuk meneruskan perjuangan Bapak saya,” pungkas Aqiella.sinpo

Editor: Imantoko Kurniadi
Komentar: