Catatan Kader: Penentang Ketua Umum PPP Tidak Pernah Bisa Memimpin

Oleh: Tim Redaksi
Jumat, 19 Juli 2024 | 11:20 WIB
Kader senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Agussalim Hasga. (Foto/Dok istimewa).
Kader senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Agussalim Hasga. (Foto/Dok istimewa).

BeritaNasional.com - Kader senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Agussalim Hasga menyebut penentang ketua umum PPP tidak pernah bisa memimpin.

Agussalim Hasga mengungkapkan, pada 1988 Buya Ismail Hasan Materium terpilih sebagai Ketua Umum DPP PPP melalui musyawarah rapat formatur 7 orang, di antaranya Djaelani Naro, Karmani, Ali Hardi Kiaidemak. 

Mereka dipilih oleh peserta Muktamar PPP 1 di Hotel Horison Ancol atau sekarang Mercure Ancol.

Di awal-awal kepemimpinan Buya Ismail Hasan Metareum, organisasi PPP mengalami gangguan oleh kader-kader muda, dari ormas/ banom Generasi Muda Persatuan—sayap pemuda PPP setelah GPK dibekukan.

Saat itu, Ernesto Mawardi Barcelona yang menjabat sebagai Anggota DPRD Jawa Barat dan Anggota MPR RI tampil memimpin para demonstran ke DPP PPP.

“Mereka tidak menuntut Buya Ismail mundur dari Ketua Umum PPP, melainkan mendesak DPP harus menyempurnakan kepengurusan karena Sekretaris Jenderal DPP PPP kala itu Matori Abdul Djalil, disinyalir adalah Anggota GMNI yang memiliki keterkaitan dengan PDI,” kata Agussalim Hasga, Jumat (19/7/2024).

Dia menyebut, para demonstran di era kepemimpinan Buya adalah kader atas nama DPP PPP. Di antaranya Ernesto, M. Akib Arsalan, Dasef, Sasaf Al Satuman, Sugeng, Andesty, Rudiman Saleh, Elia Yunus, dll.

Namun, para demonstran yang bisa kembali lagi ke DPP PPP hanya tiga orang.

“Saat ini tinggal saya-Agussalim Hasga, yang sempat dicap faksi “Narois”. Bahkan untuk memulihkan nama agar bisa diterima lagi mengabdi di PPP, butuh waktu tidak sebentar, hampir 30 tahun. Itupun hanya masuk di jajaran departemen dan lembaga. Bahkan beberapa nama sampai almarhum tidak bisa come back ke PPP karena “Cap Penetang Ketua Umum”,” tuturnya.

Lebih lanjut, dia menyebut hanya Rudiman Saleh yang masuk kepengurusan di DPP, yaitu saat periode M. Romahurmuziy dan Suharso Monoarfa. Rudiman yang dekat dengan Aksa Mahmud yakni Ipar Jusuf Kalla masuk pengurus DPP PPP sebagai Ketua Bidang DPP PPP dan juga pernah jadi Pengurus DPW PPP DKI Jakarta di bawah pimpinan Djafar Bajeber.

Agussalim Hasga pun meminta agar seluruh kader memaknai pesan dari kejadian yang lalu.

“Pesan dari catatan di atas, maka berhati-hati lah kalau masih mau ber PPP, karena “cap sebagai penentang” akan selalu diingat, sukar dihilangkan, tidak mudah dilupakan. Dari catatan perjalanan di atas, saya amati semua penentang Ketua Umum PPP yang garis keras tidak pernah bisa memimpin PPP. Contohnya banyak! Mulai dari Ridwan Saidi, KH. Agus Miftah, Hartono Marjono, Sri Bintang Pamungkas, M. Dauld, Yusuf Syakir, Prof. Achda, KH. Zaenuddin MZ, dan Saleh Halid dll,” ungkapnya.

“Saya-Agussalim Hasga pun bisa masuk lagi ke PPP karena orang-orang yang tidak sevisi waktu itu sudah pada almarhum, kecuali Emron Pangkapi, Buya Gazali Abbas dan Norman,” tutupnya.sinpo

Editor: Harits Tryan Akhmad
Komentar: