Peneliti Ungkap Cara Hadapi Gempa Megathrust dengan Adaptasi dan Mitigasi

Oleh: Tim Redaksi
Rabu, 04 September 2024 | 02:03 WIB
Ilustrasi gempa Megathrust yang bisa mengakibatkan tsunami. (Foto/Freepik)
Ilustrasi gempa Megathrust yang bisa mengakibatkan tsunami. (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Di Indonesia, gempa megathrust bukanlah hal yang baru. Berdasarkan data yang dikompilasi oleh BMKG, terdapat banyak gempa megathrust yang terjadi di berbagai wilayah. 

Peneliti Ahli Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Nuraini Rahma Hanifa membeberkan sebagian besar gempa megathrust dan tsunami terjadi di sepanjang Sumatera, beberapa di Jawa, dan cukup banyak di Indonesia Timur.

Dilansir dari laman BRIN, terdapat beberapa lokasi terlihat kosong yang sebenarnya bukan berarti tidak ada potensi tsunami, melainkan disebut sebagai 'seismic gap'. 

Artinya, sebuah area yang memungkinkan akan terjadinya gempa besar kapan saja.

“Hasil riset yang telah banyak dilakukan dapat berkontribusi dalam pengurangan risiko gempa. Megathrust beserta potensi gempanya adalah nyata, namun hal ini sebagai bagian dari fenomena alam yang harus dihadapi dengan adaptasi dan mitigasi,” ungkap Rahma dalam sebuah diskusi bertema Mengenal Megathrust dan Mitigasinya pada Jumat (30/8/2024).

Menurut dia, secara harfiah, megathrust berarti patahan naik yang sangat besar. Indonesia, yang berada di atas ring of fire memiliki wilayah yang luas dan rentan terhadap megathrust.

“Gempa megathrust pertama kali menjadi perhatian utama pada 2011, dengan semakin banyak riset yang dilakukan dan penerapan hasil riset yang berkembang. Upaya untuk menjembatani antara riset dan kebijakan sangat penting untuk membangun mitigasi terhadap megathrust,” ujarnya.

Rahma menuturkan lokasi megathrust di Indonesia umumnya terletak di sisi barat Sumatera hingga selatan Jawa berdasarkan pemetaan gempa yang dimulai 2017 hingga akhir tahun ini.

“Bidang megathrust ini seukuran Pulau Jawa. Bayangkan jika bergerak 20 meter secara serentak, goncangannya akan sangat besar,” jelasnya.

Megathrust terbentang sepanjang 1.000 km dengan bidang kontak selebar 200 km yang menghunjam hingga kedalaman sekitar 60 km dan terus mengakumulasi energi yang siap dilepas kapan saja.

“Di bawah Pulau Jawa, terdapat lempeng samudra Indo-Australia yang menghujam ke bawah selatan Jawa, sedangkan di atasnya ada lempeng kontinental. Pertemuan antara lempeng samudra dan lempeng kontinental inilah yang disebut bidang megathrust,” ungkap Rahma, peneliti lulusan S3 Nagoya University pada 2014 ini.

Lebih lanjut Rahma menjelaskan, dalam konsep bencana terdapat hal yang bisa dan tidak bisa dikontrol, seperti pergerakan bumi, dan pertumbuhan penduduk. Risiko bencana adalah fungsi dari bahaya dan kerentanan, yang dibagi dengan kapasitas atau kemampuan beradaptasi.

“Kerentanan ini berhubungan dengan eksposur atau pertumbuhan penduduk. Untuk mengurangi risiko bencana dari potensi megathrust, kapasitas adaptasi penduduk harus ditingkatkan,” ujarnya.

Rahma menekankan pentingnya pemahaman yang baik tentang megathrust untuk meningkatkan kapasitas adaptasi.

“Ancaman dari megathrust terbagi menjadi ancaman primer seperti goncangan gempa permukaan dan surface rupture. Kemudian ada ancaman sekunder seperti tsunami, longsor, likuifaksi, dan kebakaran,” ujarnya.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: