Merasa Kesulitan Berkomunikasi Verbal? Mungkin Anda Mengidap Afasia

Oleh: Tarmizi Hamdi
Minggu, 15 September 2024 | 14:15 WIB
Ilustrasi gangguan otak yang mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dan berbahasa. (Foto/Freepik)
Ilustrasi gangguan otak yang mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dan berbahasa. (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Apa Itu Afasia? Adalah gangguan otak yang mengakibatkan seseorang sulit berkomunikasi.

Afasia merupakan gangguan pada kemampuan berbahasa karena salah menempatkan suara pada sebuah kata, memilih kata yang salah, atau menggabungkan kata-kata secara tidak benar.

Afasia juga dapat terjadi dengan gangguan lain, seperti kesulitan visual, masalah mobilitas, kelemahan anggota badan, dan masalah dengan memori atau keterampilan berpikir.

Hal tersebut dapat menghambat keterampilan untuk mengekspresikan, memahami bahasa, serta kemampuan membaca dan menulis.

Umumnya penderita kondisi ini hanya mengalami kesulitan pada salah satu jenis kemampuan dalam berkomunikasi, seperti hanya mengalami kesulitan membaca, atau hanya sulit merangkai kata-kata.

Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, namun paling banyak dialami oleh lansia dengan tingkat keparahan yang bervariasi.

Ini dapat terjadi pada tingkat ringan hingga pada tingkat berat atau parah. Penderita yang mengalami afasia yang cukup parah tidak akan bisa berkomunikasi dalam bentuk apapun.

Afasia juga bisa terjadi secara tiba-tiba setelah seseorang mengalami stroke atau cedera kepala. Namun, afasia juga dapat terjadi secara bertahap akibat tumor otak atau demensia.

Penyebab Afasia

Afasia bukan merupakan suatu penyakit, melainkan gejala yang menandai adanya kerusakan di bagian otak yang mengatur bahasa dan komunikasi.

Salah satu penyebab kerusakan otak yang paling sering memicu afasia adalah stroke. Saat terserang stroke, tidak adanya aliran darah ke otak menyebabkan kematian sel otak atau kerusakan di bagian otak yang memproses bahasa. Diketahui sekitar 25-40% penderita stroke menderita afasia.

Selain stroke, kerusakan otak akibat cedera kepala, tumor otak, atau infeksi di otak (ensefalitis) juga bisa menyebabkan afasia. Dalam kondisi tersebut, afasia biasanya disertai dengan gangguan daya ingat dan gangguan kesadaran.

Penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi sel-sel otak, seperti demensia dan penyakit Parkinson, juga dapat menyebabkan afasia. Pada kondisi ini, afasia akan berkembang secara bertahap seiring dengan perkembangan penyakit.

Gejala Afasia

Gejala afasia bisa bervariasi, tergantung pada bagian otak yang rusak dan tingkat kerusakan yang terjadi. Berdasarkan gejala yang muncul, afasia dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Afasia Wernicke (Reseptif)

Afasia Wernicke atau afasia reseptif biasanya disebabkan oleh kerusakan otak di bagian kiri tengah. Kondisi yang juga dinamakan dengan sensory aphasia ini membuat penderitanya kesulitan memahami kata-kata yang didengar atau dibaca.

Afasia reseptif membuat penderitanya memberikan tanggapan atau kalimat yang sulit dimengerti oleh lawan bicaranya.

2. Afasia Broca (Ekspresif)

Pada Afasia Broca atau afasia ekspresif, penderita tahu apa yang ingin disampaikan kepada lawan bicaranya, tetapi kesulitan untuk mengutarakannya. Kondisi yang juga dinamakan motor aphasia ini biasanya disebabkan oleh kerusakan otak di bagian kiri depan.

3. Afasia Global

Afasia global merupakan afasia paling berat dan biasanya terjadi ketika seseorang baru saja mengalami stroke. Afasia global biasanya disebabkan oleh kerusakan yang luas di otak.

Kondisi afasia global menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan bahkan tidak mampu membaca, menulis, dan memahami perkataan orang lain.

4. Afasia Progresif Primer

Kondisi ini menyebabkan penurunan kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan memahami percakapan, yang terjadi secara perlahan. Afasia progresif primer jarang terjadi dan sulit ditangani.

5. Afasia Anomik

Penderita afasia anomik atau anomia sering kali mengalami kesulitan dalam memilih dan menemukan kata-kata yang tepat ketika menulis dan berbicara.

Pemeriksaan Afasia

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk pemeriksaan sistem saraf. Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

1. Penilaian Komunikasi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pasien dalam menulis, membaca, berbicara, memahami percakapan, dan ekspresi verbal.

2. Pemindaian Otak

Pemindaian dilakukan untuk mendeteksi kerusakan di otak dan tingkat keparahannya. Pemindaian bisa dilakukan dengan MRI, CT scan, atau Positron Emission Tomography (PET scan).

Penanganan Afasia

Metode penanganan afasia akan disesuaikan dengan jenis afasia yang diderita, bagian otak yang rusak, penyebab kerusakan otak, usia, dan kondisi kesehatan pasien.

1. Terapi Wicara

Terapi wicara dan bahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca, menulis, dan mengikuti suatu perintah. Selain itu, pasien juga akan diajarkan cara berkomunikasi dengan gerakan atau gambar.

Terapi wicara bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi seperti program komputer atau aplikasi.

2. Obat-obatan

Obat untuk mengatasi afasia biasanya bekerja dengan cara melancarkan aliran darah ke otak, mencegah berlanjutnya kerusakan otak, dan menambah jumlah senyawa kimia yang berkurang di otak.

3. Operasi

Prosedur operasi dapat dilakukan jika afasia disebabkan oleh tumor otak. Operasi bertujuan untuk mengangkat tumor otak sehingga afasia dapat tertangani dengan baik.

Pencegahan Afasia

Belum ada cara yang pasti untuk mencegah terjadinya afasia. Langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah mencegah kondisi yang dapat menyebabkan afasia. Beberapa upaya pencegahan tersebut adalah :

1. Berhenti merokok

2. Menghindari konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.

3. Menjaga berat badan tetap ideal agarterhindar dari obesitas.

4. Berolahraga secara teratur setidaknya 30 menit per hari.

5. Menjaga pikiran tetap aktif, misalnya dengan membaca, menulis, atau menggambar.

6. Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, serta membatasi makanan tinggi lemak, gula, dan garam.

7. Menggunakan helm atau sabuk pengaman ketika berkendara.

8. Berobat dan rutin kontrol ke dokter bila menderita diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, dan atrial fibrilasi, untuk mencegah stroke.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: