Viral Eks Anggota DPRD Indramayu Jadi Korban TPPO di Myanmar, Begini Respons Polri

Oleh: Bachtiarudin Alam
Jumat, 11 Oktober 2024 | 07:45 WIB
Kadiv Hubinter Polri Irjen Pol Krishna Murti
Kadiv Hubinter Polri Irjen Pol Krishna Murti

BeritaNasional.com - Kabar viral menampilkan sebuah pesan dari eks anggota DPRD Indramayu periode 2014-2019, Robiin sempat menghebohkan media sosial setelah mengaku menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Myanmar.

Sebagaimana unggahan akun Instagram @indramayuupdate, tertulis tangkapan layar pesan Robiin, warga Kecamatan Patrol, Indramayu, Jawa Barat, yang tersandera di perbatasan Myanmar dengan Thailand.

“Tolong suarakan Pak agar pemerintah bisa evakuasi di sini ada 37 WNI jadi korban TPPO termasuk saya. Keluarga beserta korban lain dah mengurus ke Kemenlu, ke Kapolda. belum sampai vidio dah viral belum juga dijemput,” tulis potongan pesan tersebut.

Isi pesan yang viral di media sosial. (Foto/Istimewa)

Setelah mendengar kabar viral ini, Kadiv Hubinter Polri Irjen Pol Krishna Murti berjanji membebaskan korban warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban TPPO di Myanmar.

“Jangan mengatakan bahwa pemerintah, termasuk Kemenlu dan Polri tidak melakukan, kami sudah melakukan, sudah membebaskan banyak, terjadi lagi, terjadi lagi,” kata Krishna saat ditanya media yang dikutip pada Jumat (11/10/2024).

Namun, Krishna mengakui kejadian seperti ini terus berulang. Padahal, pemerintah Indonesia berkali-kali mengingatkan agar tidak tertipu dengan iming-iming gaji besar yang tidak masuk akal.

“Pada kesempatan ini kami ingin mengingatkan jangan pernah tertipu lagi pada iming-iming seperti itu. Tapi, kami punya kewajiban untuk upaya pembebasan,” tuturnya.

Sementara itu, jenderal bintang dua Polri itu mengatakan pada prinsipnya korban yang bekerja di Myanmar dengan iming-iming gaji fantastis sudah sadar bahwa itu adalah penipuan.

“Myanmar merupakan suatu negara yang pemerintahannya tidak stabil. Ada satu wilayah yang wilayahnya dikuasai oleh Junta pemerintah ada banyak wilayah juga yang tidak dikuasai oleh pemerintah, namun dikuasai oleh pemberontak,” jelasnya.

Karena itu, Krishna menyebut WNI yang berangkat ke sana demi bekerja dengan gaji besar sangatlah berisiko. Sebab, tidak mungkin ada pekerjaan yang benar memberikan gaji fantastis tanpa skill tertentu.

“Karena sejak Covid-19, terjadi marak scamming online dan sebagainya di wilayah-wilayah, khususnya wilayah Myanmar, Laos, Kamboja. Target mereka adalah mencari pekerjaan dari satu negara,” katanya.

“Kemudian, mereka menjadi operator untuk menipu warga Malaysia, warga Indonesia,” tandas Krishna.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: