Peneliti Ungkap Perbedaan Wanita dan Pria Atasi Rasa Sakit

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Sabtu, 19 Oktober 2024 | 07:30 WIB
(Ilustrasi/Freepik)
(Ilustrasi/Freepik)

BeritaNasional.com -  Setiap manusia pasti pernah sakit. Kondisi yang tidak sehat itu bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Tapi tahukah kami kalau wanita dan pria berbeda dalam mengatasi rasa sakit.

Pria dan wanita mengandalkan sistem biologis yang berbeda untuk menghilangkan rasa sakit, yang dapat membantu menjelaskan mengapa obat pereda nyeri terkuat yang kita miliki sering kali kurang efektif pada perempuan.

Berdasarkan penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas California San Diego telah menemukan pria dan perempuan menggunakan sistem biologis yang berbeda untuk meredakan nyeri. Sementara pria meredakan nyeri dengan melepaskan opioid endogen, penghilang rasa sakit alami tubuh, perempuan justru mengandalkan jalur lain yang tidak berbasis opioid.

Obat opioid sintetis, seperti morfin dan fentanil, adalah golongan obat penghilang rasa sakit paling kuat yang tersedia. Perempuan diketahui tidak merespons terapi opioid dengan baik, yang menggunakan molekul opioid sintetis untuk mengikat reseptor yang sama dengan opioid endogen yang terjadi secara alami. 

Aspek obat opioid ini membantu menjelaskan mengapa obat tersebut sangat kuat sebagai obat penghilang rasa sakit, tetapi juga mengapa obat tersebut membawa risiko ketergantungan dan kecanduan yang signifikan.

Fadel Zeidan, profesor anestesiologi di UC San Diego Sanford Institute menyampaikan, ketergantungan karena keseringan konsumsi opioid.

"Ketergantungan berkembang karena orang mulai mengonsumsi lebih banyak opioid saat dosis awal mereka berhenti bekerja. Meskipun spekulatif, temuan kami menunjukkan bahwa mungkin salah satu alasan mengapa wanita lebih mungkin menjadi kecanduan opioid adalah karena secara biologis mereka kurang responsif terhadapnya dan perlu mengonsumsi lebih banyak untuk merasakan pereda nyeri," jelas Fadel Zeidan 

Studi ini menggabungkan data dari dua uji klinis yang melibatkan total 98 peserta, termasuk individu sehat dan mereka yang didiagnosis dengan nyeri punggung bawah kronis. 

Peserta menjalani program pelatihan meditasi, kemudian berlatih meditasi sambil menerima plasebo atau nalokson dosis tinggi, obat yang menghentikan kerja opioid sintetis dan endogen. 

Pada saat yang sama, mereka mengalami rangsangan panas yang sangat menyakitkan tetapi tidak berbahaya di bagian belakang kaki. Para peneliti mengukur dan membandingkan seberapa banyak pereda nyeri yang dialami dari meditasi saat sistem opioid diblokir dibandingkan saat sistem tersebut utuh.

Berikut penemuan dari penelitian tersebut : 

Memblokir sistem opioid dengan nalokson menghambat penghilang rasa sakit berbasis meditasi pada pria, menunjukkan bahwa pria mengandalkan opioid endogen untuk mengurangi rasa sakit.

Naloxone meningkatkan pereda nyeri berbasis meditasi pada perempuan, menunjukkan perempuan mengandalkan mekanisme non-opioid untuk mengurangi nyeri.

Pada pria dan perempuan, orang dengan nyeri kronis merasakan lebih banyak pereda nyeri akibat meditasi dibandingkan peserta yang sehat.

Para peneliti menyimpulkan dengan menyesuaikan penanganan nyeri berdasarkan jenis kelamin seseorang, mungkin saja hasil yang didapat pasien dapat ditingkatkan dan ketergantungan serta penyalahgunaan opioid dapat dikurangi.

"Terdapat perbedaan yang jelas dalam cara penanganan nyeri antara pria dan wanita, tetapi kami belum melihat perbedaan biologis yang jelas dalam penggunaan sistem endogen mereka hingga saat ini. Studi ini memberikan bukti pertama yang jelas bahwa perbedaan berdasarkan jenis kelamin dalam penanganan nyeri adalah nyata dan perlu ditanggapi lebih serius saat mengembangkan dan meresepkan pengobatan untuk nyeri," ungkapnya.sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: