Polusi Udara di Kota-kota Besar Indonesia Diduga Tingkatkan Risiko Autisme pada Anak, Benarkah?
BeritaNasional.com - Polusi udara telah menjadi isu serius di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung.
Dampaknya tidak hanya terasa pada lingkungan, tetapi juga pada kesehatan masyarakat.
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa paparan polusi udara, terutama dari emisi kendaraan bermotor, dapat meningkatkan risiko gangguan spektrum autisme (ASD) dan gangguan perkembangan saraf lainnya pada anak-anak.
Ini menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara tinggi lebih cenderung mengalami gangguan perkembangan, termasuk autisme.
Penelitian ini menyoroti bagaimana partikel berbahaya dari polusi udara, termasuk bahan kimia dari knalpot kendaraan, dapat memengaruhi perkembangan otak anak sejak dalam kandungan.
Paparan polusi udara pada ibu hamil dan anak-anak dapat memengaruhi perkembangan otak, terutama pada tahap awal kehidupan. Zat-zat polutan seperti partikel halus (PM2.5) dan dan nitrogen dioksida (NO2) dapat merusak jaringan otak, menembus lapisan pelindung otak yang sedang berkembang, mengganggu proses neuroinflamasi, memengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan inflamasi yang memengaruhi fungsi neurologis.
Kondisi Polusi Udara di Indonesia
Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat polusi udara yang tinggi di Asia Tenggara.
Berdasarkan data IQAir pada 2023, Jakarta sering kali menempati posisi puncak sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Sumber utama polusi di kota-kota besar di Indonesia berasal dari emisi kendaraan bermotor, pembakaran sampah, serta aktivitas industri.
Kondisi ini diperburuk oleh minimnya ruang hijau yang dapat membantu menyaring polutan. Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi polusi udara melalui transportasi ramah lingkungan masih rendah.
Masalah ini semakin relevan mengingat urbanisasi yang pesat di Indonesia yang menyebabkan konsentrasi polusi udara yang tinggi di daerah perkotaan.
Karena itu, perlunya kebijakan yang lebih ketat mengenai pengurangan polusi udara dan peningkatan kesadaran akan bahaya paparan polusi bagi kesehatan anak menjadi sangat penting.
Upaya Mencegah Dampak pada Anak
Untuk mengurangi risiko, para ahli merekomendasikan beberapa langkah preventif, terutama bagi keluarga yang tinggal di wilayah dengan tingkat polusi tinggi. Misalnya:
1. Gunakan Pembersih Udara di Dalam Rumah: air purifier dapat membantu menyaring partikel berbahaya di udara.
2. Hindari Aktivitas Luar Ruangan pada Jam Sibuk: Paparan polusi udara biasanya lebih tinggi pada pagi dan sore hari saat lalu lintas padat.
3. Gunakan Masker yang Efektif: Masker dengan filter khusus dapat membantu mengurangi paparan polusi saat beraktivitas di luar rumah.
4. Dorong Penggunaan Transportasi Ramah Lingkungan: Beralih ke transportasi publik, sepeda, atau kendaraan listrik dapat membantu menurunkan emisi.
Pentingnya Kesadaran Kolektif
Meningkatnya risiko kesehatan akibat polusi udara, termasuk potensi kaitannya dengan autisme, menjadi peringatan keras bagi masyarakat dan pemerintah untuk segera mengambil tindakan nyata.
Perbaikan kebijakan lingkungan, seperti pengendalian emisi kendaraan dan pengelolaan limbah industri, harus menjadi prioritas.
Kesadaran kolektif dari masyarakat juga diperlukan, mulai dari langkah kecil seperti menanam pohon hingga mendukung inovasi energi ramah lingkungan.
Polusi udara bukan hanya isu kesehatan, tetapi juga tanggung jawab bersama demi masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia.
(Fadia Rahma B/Magang)
5 bulan yang lalu
DUNIA | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu