Musim Dingin Perparah Penderitaan Pengungsi di Gaza

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Jumat, 29 November 2024 | 23:30 WIB
Ilustrasi pengungsi gaza (Foto/Pixabay)
Ilustrasi pengungsi gaza (Foto/Pixabay)

BeritaNasional.com - Musim dingin telah tiba di Palestina. Hal ini membuat penderitaan warga Gaza kian parah. Mereka kedinginan di tenda-tenda, juga kekurangan makanan.

"Kami melarikan diri dari penembakan Israel dan kematian di Gaza, tetapi sekarang kami tenggelam dalam hujan dan air laut," ujar Abbas Lafi (50), seorang pengungsi Palestina di Khan Younis.

Ayah tujuh anak itu menceritakan kepada Xinhua bahwa dirinya terbangun pada larut malam dan mendapati keluarganya mengapung di atas air, dengan kasur dan barang-barang yang basah kuyup di dalam tenda mereka, hanya beberapa bulan setelah tenda tersebut didirikan di pesisir wilayah Mawasi di Khan Younis, Gaza Selatan.

Meskipun tenda itu terlalu bobrok untuk melindungi mereka dari dinginnya musim dingin atau panasnya musim panas, Lafi tetap berusaha mengeluarkan air dari tenda. Ia berusaha menyelamatkan semua barang yang masih bisa diselamatkan. 

Dia mengatakan, sulit bagi mereka untuk mengganti kasur atau selimut karena minimnya bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan.

Musab Sahweil, seorang pengungsi lain di Khan Younis, juga mengalami hal serupa setelah mengungsi dari rumahnya di Kota Beit Hanoun, Gaza Utara.

"Hujan dan air laut yang mengamuk menyeret semuanya, tenda, kasur, pakaian," kata pria berusia 39 tahun itu, sambil duduk di samping tendanya yang hancur dengan air mata berlinang. 

Hanya membawa sedikit barang yang bisa mereka bawa setelah terbangun dari tidurnya karena banjir, keluarga Sahweil pergi ke tenda saudaranya yang berada agak jauh dari pantai.

Sebelum perang, ayah tiga anak tersebut bekerja keras untuk membangun rumahnya. "Tentara Israel menghancurkan rumah saya dan impian saya untuk kehidupan yang lebih baik," katanya. 

"Perang membuat saya menjadi tunawisma dan tak berdaya, bahkan tak mampu menghidupi keluarga saya," ujarnya sedih.

Di dekat tenda Sahweil, Sharifa Alwan, seorang ibu empat anak berusia 42 tahun, duduk di atas kasur yang mengapung di atas air sambil memeluk bayinya yang baru lahir. "Apa yang telah kami perbuat hingga kami pantas menerima hukuman ini? Mengapa anak-anak kami harus begitu menderita?" ujar Sahweil bertanya.

Lafi, Sahweil, dan Alwan termasuk di antara puluhan ribu pengungsi Palestina yang mendirikan tenda dan berlindung di sepanjang pesisir selatan Gaza usai tentara Israel memperingatkan mereka untuk meninggalkan rumah mereka di utara Gaza.

Ribuan tenda mereka tenggelam dan hancur akibat angin kencang yang belum lama ini menerjang pesisir Jalur Gaza.

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Dekat (UNRWA) mengumumkan, sekitar setengah juta orang di Gaza kini menghadapi risiko banjir.

"Suhu udara menurun dan hujan mulai turun. Tidak ada tempat penampungan yang aman, selimut, atau pakaian hangat untuk meringankan penderitaan mereka," kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini di platform media sosial X.

"Musim dingin di Gaza berarti orang-orang tidak hanya akan tewas karena serangan udara, penyakit, atau kelaparan. Musim dingin di Gaza berarti semakin banyak orang akan terancam kehilangan nyawa mereka karena menggigil kedinginan, terutama mereka yang paling rentan, termasuk orang tua dan anak-anak," ujar Lazzarini dikutip dari Antara.sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: