Hamas Sebut Ancaman Trump Perumit Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

BeritaNasional.com - Hamas mengecam ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru-baru ini terhadap kelompok tersebut. Hamas menyatakan, ancaman itu justru memperumit masalah terkait kesepakatan gencatan senjata Gaza dan mendorong Israel untuk tidak mengimplementasikan ketentuan-ketentuannya.
"Ada kesepakatan yang telah ditandatangani, dan Washington menjadi mediatornya," kata Juru Bicara (Jubir) Hamas Hazem Qassem.
Dia menambahkan, kesepakatan itu mencakup pembebasan seluruh (sandera dan) tahanan dalam tiga tahap. Hamas telah melaksanakan apa yang harus dilakukannya pada tahap pertama, sementara Israel mengelak dari tahap kedua.
Pernyataan itu menyebut bahwa Pemerintah AS harus menekan Israel untuk melakukan negosiasi tahap kedua sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian gencatan senjata.
Trump mengeluarkan apa yang disebutnya sebagai peringatan terakhir untuk Hamas di platform media sosial miliknya, Truth Social, pada Rabu (5/3).
Dia mengatakan, "Bebaskan semua sandera sekarang, bukan nanti, dan segera kembalikan semua jasad orang-orang yang kalian bunuh, atau semuanya berakhir bagi kalian."
"Saya mengirim Israel semua yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan tugas ini, tidak ada satu pun anggota Hamas yang akan selamat jika kalian tidak melakukan apa yang saya katakan," paparnya dalam unggahan tersebut.
Peringatan Trump ini muncul setelah Gedung Putih pada Rabu mengonfirmasi bahwa pemerintah AS menggelar pembicaraan langsung dengan Hamas yang bertujuan untuk membebaskan para sandera yang ditahan di Gaza.
Pembicaraan tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh situs web berita Amerika Axios, digelar di Doha, Qatar, dalam beberapa pekan terakhir, dengan pihak AS dipimpin oleh utusan presiden untuk urusan pembebasan sandera, Adam Boehler.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan kepada para wartawan bahwa "Israel telah diajak berkonsultasi mengenai masalah ini" namun menolak mengungkapkan informasi lebih lanjut.
Gencatan senjata Gaza dan perjanjian pembebasan sandera, yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat, mulai berlaku pada 19 Januari. Dalam tahap awal kesepakatan tersebut yang berlangsung selama 42 hari, puluhan sandera Israel dan ratusan tahanan Palestina dibebaskan.
Sebanyak 59 sandera masih ditahan oleh Hamas, menurut Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF), yang mengonfirmasi 35 di antaranya telah tewas. Dari para sandera tersebut, lima di antaranya merupakan warga AS, termasuk hanya satu yang diyakini masih hidup.
Sumber: Antara
9 bulan yang lalu
TEKNOLOGI | 2 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu