Menteri Kebudayaan: Kartu Pos Jadi Media Diplomasi Kebudayaan Bangsa

BeritaNasional.com - Kementerian Kebudayaan bersama Pengurus Pusat Perkumpulan Filatelis menggelar acara Peluncuran Buku dan Pameran Buitenzorg pada Sekeping Kartu Pos .
Acara yang digelar di Museum Balai Kirti, Kompleks Istana Bogor ini menyajikan rangkaian kegiatan Peluncuran Buku “Kartu Pos Dari Buitenzorg” , Pameran Kartu Pos, Diskusi Buku, dan Workshop Filateli.
Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Restu Gunawan mengatakan, kegiatan ini sebagai bagian dari upaya melestarikan sejarah, meningkatkanliterasi di bidang kebudayaan, serta meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap warisan budaya material.
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menekankan pentingnya pelestarian benda-benda pos sebagai bagian dari sejarah dan identitas bangsa. ”Ini merupakan upaya yang sejalan dengan misi Kementerian Kebudayaan untuk melestarikan warisan budaya dan mengenalkannya pada generasi mendatang. Kartu pos dan benda-benda filateli ini bagian dari material culture yang pada masanya nanti orang akan semakin menghargai sesuatu yang terlihat bentuk fisiknya.”
Perkumpulan Filatelis Indonesia merupakan salah satu perkumpulan tertua di Indonesia, didirikan pada tahun 1922, sehingga saat ini telah memasuki usia ke-103 tahun. Perkumpulan filatelis ini adalah ruang diskusi, dialog, bertukar pikiran tentang benda-benda filateli: perangko, kartu pos, dokumen yang memuat sejarah.
Lebih lanjut, Fadli Zon menambahkan, perangko dan kartu pos dapat dijadikan sebagai jembatan diplomasi yang dapat menghubungkan berbagai bangsa,
“Perangko dan kartu pos bukan saja sebagai alat komunikasi, namun menjadi medium penting di dalam diplomasi budaya, memotret segala peristiwa sejarah, kekayaan alam, seni, dan tradisi Indonesia ke seluruh dunia. Kartu pos ini dikirim ke berbagai negara dan daerah,” ujarnya.
Buku “Kartu Pos Bergambar dari Buitenzorg” ditulis oleh Fadli Zon bersama Mahpudi, berkisah tentang Kota Bogor pada masa Kolonial Belanda yang digambarkan melalui kartu pos sebagai medianya. Total kartu pos berjumlah 179 koleksi termuat dalam buku setebal 166 halaman. Kartu pos ini menampilkan berbagai ikon kota seperti Istana dan Kebun Raya, serta menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa kolonial. Buku ini juga telah meraih penghargaan medali emas dalam Pameran Filateli Nasional (Panfila) 2025.
“Melalui buku ini, kita ingin menjelajahi jejak-jejak sejarah Bogor pada masa Hindia Belanda, khususnya pada periode tahun 1890 - 1930. Peluncuran buku ini juga menjadi langkah penting untuk pendokumentasian sejarah melalui kartu pos. Buku ini tidak hanya mengabadikan gambar bersejarah, tetapi mengajak kita merenungkan bagaimana kota dan masyarakat berkembang dari waktu ke waktu,” jelasnya.
Fadli Zon juga berharap kegiatan ini dapat menginspirasi generasi muda untuk lebih mengenal dan menjaga warisan budaya, serta memahami nilai sejarah yang terkandung dalam koleksi kartu pos dan benda pos lainnya.
“Diplomasi budaya melalui perangko dan kartu pos dapat membangun narasi positif tentang Indonesia. Setiap gambar dan desain yang tercetak di dalamnya menceritakan kisah keberagaman dan kekayaan budaya kita. Oleh karena itu, Kementerian Kebudayaan terus mendorong kolaborasi antar pemerintah, filatelis, seniman, serta komunitas pecinta sejarah untuk menjaga dan mempromosikan warisan ini serta memperkenalkannya kepada generasi mendatang, ” katanya.
9 bulan yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
DUNIA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 16 jam yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 22 jam yang lalu
DUNIA | 2 hari yang lalu