Rabu, 26 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
00:00
Subuh
00:00
Zuhur
00:00
Ashar
00:00
Magrib
00:00
Isya
00:00

Memahami Makna Idul Fitri yang Sesungguhnya

Oleh: Tim Redaksi
Senin, 24 Maret 2025 | 15:00 WIB
Masyarakat berkunjung ke Masjid Istiqlal. (BeritaNasional/Oke Atmaja)
Masyarakat berkunjung ke Masjid Istiqlal. (BeritaNasional/Oke Atmaja)

BeritaNasional.com - Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia merayakan hari raya Idul Fitri dengan penuh kegembiraan. Istilah "Id" dalam bahasa Arab, yang menjadi dasar penyebutan hari raya ini, memiliki makna "musim" atau "peristiwa yang berulang." Di Indonesia, "Id" sering kali diartikan sebagai "hari raya."

Idul Fitri, salah satu hari raya yang paling dinantikan, memiliki makna khusus. Nama ini merujuk pada momen ketika umat Islam yang telah berpuasa selama bulan Ramadan "berbuka" secara resmi. 

Tanggal 1 Syawal menandai berakhirnya kewajiban berpuasa setelah sebulan penuh menahan diri dari lapar, dahaga, dan hawa nafsu. 

Bahkan, pada hari itu, berpuasa dilarang, menunjukkan bahwa Idul Fitri adalah waktu untuk bersyukur dan merayakan kemenangan.

Perayaan Idul Fitri dimulai dengan salat Id berjamaah, ibadah yang disyariatkan sejak tahun pertama kedatangan Nabi Muhammad SAW di Madinah. 

Salat ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga ungkapan syukur bersama atas keberhasilan menyelesaikan ibadah puasa, sesuai dengan Hadis Nabi SAW:

"Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: “Rasulullah saw., Abu Bakar, Umar melakukan salat dua hari raya sebelum khutbah dilaksanakan.” (HR. Bukhari-Muslim).

Namun, apakah Idul Fitri benar-benar berarti "kembali suci"?

Banyak yang mengaitkan Idul Fitri dengan pemurnian jiwa, seolah-olah Ramadan adalah perjalanan spiritual untuk menghapus dosa dan Idul Fitri adalah puncak kembalinya manusia ke fitrah suci. 

Meskipun ada anggapan bahwa "fitri" memiliki akar kata yang sama dengan "fitrah," makna ini lebih bersifat interpretasi filosofis daripada definisi literal. 

Dalam konteks syariat, Idul Fitri lebih menekankan pada kebahagiaan setelah menunaikan kewajiban, bukan jaminan bebas dari dosa.

Kesucian adalah tujuan yang terus diupayakan, bukan hadiah otomatis. Ungkapan "tattaqun" dalam Surah Al-Baqarah ayat 183, misalnya, menunjukkan bahwa takwa adalah proses berkelanjutan menuju perilaku yang lebih baik, bukan status akhir.

Jadi, meskipun secara harfiah Idul Fitri mungkin tidak berarti "kembali suci," hari raya ini mengingatkan kita bahwa kesucian adalah tujuan yang terus dikejar. Setiap langkah dalam Ramadan dan setiap kebaikan yang dilakukan membawa kita lebih dekat ke arah itu, dari waktu ke waktu.

Sumber: Muhammadiyah.or.idsinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: