Menkomdigi Meutya Ungkap 2 Kunci Penting untuk Capai Kedaulatan AI Indonesia

Oleh: Tim Redaksi
Selasa, 15 April 2025 | 21:10 WIB
Menkomdigi Meutya Hafid (dua dari kanan) saat memberikan keterangan di Jakarta beberapa waktu lalu. (BeritaNasional/Oke Atmaja)
Menkomdigi Meutya Hafid (dua dari kanan) saat memberikan keterangan di Jakarta beberapa waktu lalu. (BeritaNasional/Oke Atmaja)

BeritaNasional.com - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menekankan pentingnya dua faktor utama, yaitu talenta digital dan infrastruktur yang mumpuni untuk mencapai kedaulatan kecerdasan artifisial (AI) di Indonesia.

"To be a leader in AI, data center harus kuat. Talentanya juga harus siap, harus unggul," kata Meutya Hafid yang dikutip dari Antaranews di Jakarta pada Selasa (15/4/2025).

Meutya menjelaskan pengembangan AI membutuhkan daya komputasi dan kapasitas pemrosesan data yang tinggi, yang hanya dapat dicapai dengan ketersediaan pusat data yang mumpuni. 

Namun, kondisi pusat data domestik saat ini belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan AI tersebut, sehingga perlu dilakukan pembenahan.

Pemerintah berkomitmen meningkatkan pengelolaan pusat data di dalam negeri agar dapat mendukung pengembangan AI di Indonesia. 

Selain itu, talenta digital yang menjadi penggerak inovasi AI juga disiapkan secara paralel untuk menciptakan kedaulatan AI.

Salah satu strategi utama Kemkomdigi adalah mencetak sembilan juta talenta digital pada 2030 melalui program pelatihan yang disiapkan bersama mitra global, seperti Microsoft dan Google. 

Pelatihan ini difokuskan pada tingkat perguruan tinggi, serta pelatihan yang lebih aplikatif untuk siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) guna mengakomodasi kreativitas dan produktivitas dalam pengembangan teknologi.

Selain itu, Meutya menjelaskan bahwa Indonesia memiliki pendekatan khusus di tingkat global untuk mencapai kedaulatan AI, yaitu dengan menyerukan pemanfaatan AI yang inklusif bagi semua negara.

Indonesia mendukung agar AI dapat dimanfaatkan dan dikembangkan tidak hanya oleh negara-negara besar, tetapi juga oleh negara-negara berkembang.

Hal ini dipertegas dengan partisipasi Indonesia dalam ajang global AI Summit di Prancis awal tahun ini yang juga didukung oleh banyak negara lain. 

"Negara-negara lain, termasuk di Eropa, di luar Amerika dan China, merasa bahwa ini sesuatu yang kita nggak boleh didikte. It has to be inclusive. Ini sebuah teknologi yang harus inklusif untuk semuanya," tandasnya.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: