Ribuan Jemaah dari Penjuru Dunia Meninggal saat Berhaji karena 6 Faktor Ini

Oleh: Tarmizi Hamdi
Jumat, 21 Juni 2024 | 23:00 WIB
Tempat pemakaman baqi. (Foto/Kemenag)
Tempat pemakaman baqi. (Foto/Kemenag)

BeritaNasional.com -  Berdasarkan laporan dari AFP, sekitar 1.081 jemaah haji dari penjuru dunia meninggal pada musim haji tahun ini. 

Sebanyak 200 di antaranya jemaah haji berasal dari Indonesia menurut data Kementerian Agama, pada Jumat (21/06).

Diketahui, ibadah haji, yang melibatkan jutaan umat Islam dari berbagai negara tahun ini secara resmi berakhir pada Rabu (26/6).

Sementara itu, Kerajaan Arab Saudi melaporkan bahwa kebijakan terkait kesehatan untuk musim haji tahun ini berjalan sukses.

“Musim haji bebas dari wabah atau ancaman terhadap kesehatan masyarakat, meskipun jumlah jemaahnya besar dan tantangan yang ditimbulkan oleh suhu tinggi,” kata Menteri Kesehatan Saudi Fahad al-Jallayel dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari laman BBC pada Jumat.

Pihak berwenang Saudi mengatakan sekitar 1,83 juta jemaah mengambil bagian dalam ibadah haji tahun ini. 

Dari jumlah itu, 1,6 juta jemaah datang dari luar negeri. Jemaah asing dalam jumlah besar mencakup warga Indonesia, Pakistan, Yordania, dan Tunisia.

Dilansir dari BBC, ada enam faktor yang mungkin mengakibatkan ribuan jemaah haji meninggal saat beribadah tahun ini.

1. Panas ekstrem

Panas terik di Arab Saudi, dengan suhu hingga 51,8 derajat Celsius di tempat teduh diyakini menjadi faktor utama di balik tingginya angka kematian.

Meskipun ada peringatan dari Kementerian Kesehatan Saudi agar para jemaah menghindari paparan panas dan tetap minum air putih, banyak jamaah yang menjadi korban sengatan panas.

Seorang diplomat Arab mengaitkan kematian ratusan jemaah asal Mesir dengan panas ekstrem.

Banyak jemaah haji ini tidak memiliki izin haji dari pemerintah Arab Saudi sehingga akses mereka terhadap bantuan menjadi terbatas.

Data Kementerian Agama tidak menyebutkan secara rinci penyebab kematiaan 200 jemaah asal Indonesia.

Tahun lalu, jumlah jemaah haji asal Indonesia yang meninggal di Arab Saudi mencapai 773 orang, jumlah tertinggi sejak 2017.

Pada 2023, Menteri Agama,Yaqut Cholil Qoumas mengatakan suhu panas di Saudi yang hampir mencapai 50 derajat Celsius meningkatkan risiko dehidrasi bagi para jemaah.

Hal ini disuarakan pula pejabat Saudi tahun lalu. Mereka menyebut bahwa lebih dari 2.000 kasus sengatan panas di kalangan jemaah haji.

Para jamaah haji menghadapi risiko akibat suhu panas yang tidak biasa, aktivitas fisik yang berat, ruang terbuka yang luas, dan banyak dari mereka yang berusia lanjut atau tidak sehat, atau keduanya.

2. Tenda penuh sesak dan masalah sanitasi

Menurut beberapa laporan, kesalahan pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah Saudi memperburuk kondisi. Akibatnya, terjadi krisis di banyak wilayah yang diperuntukkan bagi jemaah haji.

Akomodasi dan fasilitas tidak dikelola dengan baik, tenda-tenda yang penuh sesak tidak memiliki fasilitas pendingin dan sanitasi yang memadai.

3. Masalah transportasi

Para jemaah juga sering kali terpaksa berjalan jauh di tengah panas terik dan beberapa orang menyalahkan hambatan jalan dan manajemen transportasi yang buruk.

Seorang jemaah asal Pakistan yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan berada di rute sepanjang tujuh kilometer tanpa air dan tempat berteduh.

4. Kendala Bantuan Medis

Banyak jemaah haji dilaporkan mendapat perawatan medis yang tidak memadai.

Menurut sejumlah jemaah, ambulans dan pertolongan pertama tidak tersedia bagi mereka yang mengalami kelelahan akibat panas atau masalah kesehatan lainnya.

Namun, Menteri Kesehatan Saudi menggarisbawahi sumber daya yang dialokasikan untuk menjamin kesejahteraan jemaah.

Pemerintah Saudi mengatakan bahwa mereka telah menyediakan 189 rumah sakit, pusat kesehatan dan klinik keliling dengan kapasitas gabungan lebih dari 6.500 tempat tidur, lebih dari 40.000 staf medis, teknis, administrasi, dan sukarelawan.

Kemudian terdapat lebih dari 370 ambulans, tujuh ambulans udara, dan jaringan logistik yang mencakup 12 laboratorium, 60 truk pasokan, dan tiga gudang medis keliling yang ditempatkan secara strategis di seluruh tempat suci, sebut pernyataan itu.

5. Jemaah yang tidak memiliki dokumen resmi

Untuk menunaikan ibadah haji, seorang jemaah haji harus mengajukan visa haji khusus.

Namun ada pula yang mencoba pergi menunaikan ibadah haji tanpa dokumen yang memadai.

Ketua Komnas Haji Indonesia, Mustolih Siradj, menerima laporan dari jemaah bahwa tenda mereka dimasuki jemaah yang tidak dikenal dan tidak berdokumen resmi.

"Ini kami duga yang pakai visa non-haji berhasil menyusup ke arena haji dan dari negara lain juga bisa menerobos," katanya.

Kantor berita AFP mengutip seorang diplomat Arab yang menyatakan bahwa setidaknya 658 warga Mesir meninggal pada musim haji tahun ini, termasuk 630 orang tanpa izin haji.

6. Kaum Lanjut Usia dan Sakit

Banyak jemaah yang berangkat haji menjelang akhir hayatnya, baik setelah menabung seumur hidup maupun dengan harapan ingin meninggal dan dikuburkan di Tanah Suci.

Misalnya ada sejumlah jemaah menganggap bahwa meninggal saat menunaikan ibadah haji adalah sesuatu yang didambakan.

Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya kematian jemaah saat menunaikan ibadah haji setiap tahun.

Mayoritas jemaah haji Indonesia adalah warga lanjut usia. Tahun ini, dari 213.300 jemaah Indonesia, 33,5% diantaranya berusia 50-60 tahun dan 26,5% berusia 60-70 tahun.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: