NasDem Sebut Perbedaan PKB dan PKS Bisa Disatukan dengan Sosok Anies Baswedan
BeritaNasional.com - Ketua DPP Nasdem Willy Aditya menilai wajar kekhawatiran Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang menganggap langkah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengumumkan duet Anies Baswedan dan Sohibul Iman di Pilkada Jakarta sebagai blunder.
Willy menilai kedua partai ini hanya perlu disatukan oleh satu tokoh Calon Gubernur Jakarta yang sama, yaitu Anies Baswedan. Menurutnya, perbedaan kedua partai itu bisa ditengahi dengan adanya dialog bersama.
"Ya PKS satu sisi partai pemenang, di sisi lain PKB mendapat posisi yang luar biasa di sini hari ini di Jakarta, tentu ini membutuhkan bridging, membutuhkan dialog satu sama lain," kata Willy di NasDem Tower, Jakarta, Jumat (28/7/2034).
Willy mengatakan, yang menjadi perbedaan antara pilpres dan pilkada adalah tokoh yang akan diusung. Calon Gubernur menjadi episentrum pada pilkada.
Sehingga, partai-partai ini bisa disatukan dengan kesamaan calon gubernur yang diusung. Willy pun mendorong sang kandidat yang pro-aktif untuk menentukan dengan siapa dia akan berpasangan.
"Nah siapa yang menjadi episentrum dari proses ini semua? Ya si kandidat nya, itu perbedaan pilpres dengan pileg. Pilpres dengan Pilkada. Pilpres itu yang menjadi prominent actress nya adalah partai, sementara pilkada yang menjadi prominent actress nya itu adalah si kandidat nya, nah itu yang membedakan," ujar Willy
"Maka kemudian kandidat lah yang pro aktif dan menentukan siapa yang akan berpasangan dengan dia untuk maju di dalam kontestasi," sambungnya.
Sebelumnya, Wasekjen PKB Syaiful Huda menilai PKS melakukan blunder karena mengumumkan duet Anies Baswedan dan Sohibul Iman untuk Pilgub Jakarta. Sebab, mengunci pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur bisa membuat buntu komunikasi politik dengan partai lain.
Huda menilai ada kegamangan di internal PKS karena sebelumnya mengumumkan Sohibul Iman sebagai calon gubernur. Ada komunikasi politik yang salah dilakukan oleh PKS.
"Itu artinya ada kegamangan, ada komunikasi publiknya yang mungkin dianggap salah dan perlu dikoreksi, dan problem ikutannya adalah lalu langsung memasangkan antara pasangan mas Anies dan mas Sohibul Iman," kata Huda di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (26/6/2024).
"Di mata saya sih blunder menurut saya. Itu yang saya sebut komunikasi politik yang semacam ini akan menutup pintu partai-partai lain untuk bisa bermitra dan poros koalisi ini," tegasnya.
5 bulan yang lalu
DUNIA | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
POLITIK | 22 jam yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu