Apa Itu Middle Income Trap? Begini Cara Mengatasinya

Oleh: Tim Redaksi
Selasa, 30 Juli 2024 | 03:00 WIB
Para pekerja di ibu kota. (BeritaNasional/Oke Atmaja)
Para pekerja di ibu kota. (BeritaNasional/Oke Atmaja)

BeritaNasional.com - Middle Income Trap (MIT) menggambarkan negara berpendapatan menengah tidak dapat melakukan transisi menuju negara berpendapatan tinggi. 

Produktivitas tenaga kerja yang masih rendah, biaya produksi tinggi dan produksi barang belum memiliki nilai tambah yang tinggi sehingga tidak dapat bersaing secara internasional.

MIT mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melambat, pendapatan per kapita stagnan, dan standar hidup masyarakat tidak meningkat. 

Dalam beberapa dasawarsa, hanya sedikit negara berpendapatan menengah di Kawasan Asia-Pasifik yang dapat melakukan transisi menuju negara berpendapatan tinggi, termasuk Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan.

Indonesia sendiri tengah melakukan akselerasi dan menargetkan untuk mencapai status negara berpenghasilan tinggi di tahun 2036-2038 sesuai visi Indonesia Emas 2045. 

Kunci utama untuk bisa lepas dari MIT adalah investasi dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah sehingga mampu menggerakkan perekonomian (Griffith, 2011).

 Oleh karena itu, negara berpendapatan menengah perlu melakukan transformasi dan menyiapkan strategi yang berfokus pada peningkatan investasi dan inovasi. 

Selain itu, perlu menyiapkan sumber daya manusia yang mendukung produksi barang-barang bernilai tambah tinggi (high value added). 

Negara-negara yang berhasil mendorong investasi serta mengembangkan ekosistem inovasi akan memiliki peluang yang lebih besar untuk keluar dari MIT. 

Langkah ini tentu memerlukan komitmen politik yang kuat dan berkesinambungan. Mengapa? Karena untuk membangun iklim investasi yang baik dan inovasi yang berdaya saing memerlukan waktu dan proses yang panjang serta melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

Selain investasi dan inovasi, optimalisasi sumber daya perlu terus didorong, baik sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM). 

Dalam era industri 4.0, penggunaan teknologi tinggi menjadi hal yang mutlak untuk dapat meningkatkan nilai tambah barang produksi serta menurunkan biaya produksi. Sumber daya yang berlimpah, baik SDA dan SDM, harus dapat dioptimalkan. Oleh karena itu, riset teknologi tinggi dan pengembangan SDM yang berdaya saing perlu mendapat dukungan memadai dari berbagai pemangku kepentingan.

Pemerintah Indonesia telah melaksanakan sejumlah strategi agar dapat keluar dari middle income trap, antara lain melalui pembangunan infrastruktur secara masif di berbagai wilayah yang diharapkan dapat memangkas biaya produksi dan logistik, melaksanakan penyederhanaan regulasi guna mendorong kemudahan berusaha (ease of doing business) dan investasi, hilirisasi industri dalam rangka meningkatkan nilai tambah, serta kerjasama dengan berbagai pelaku industri skala global agar Indonesia dapat lebih terlibat dalam rantai pasok global (global value chain). 

Upaya ini perlu terus dilakukan dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, pelaku bisnis dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: