Apa Benar Batu Stonehenge Diangkut Lewat Laut?

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Senin, 19 Agustus 2024 | 06:00 WIB
Monumen Stonehenge di Inggris (Foto/Pixabay)
Monumen Stonehenge di Inggris (Foto/Pixabay)

BeritaNasional.com - Studi kimia tentang batu Stonehenge telah mengubah pemahaman tentang asal-usul misterius monumen Inggris tersebut. Salah satu batu altar utamanya diangkut dari utara Skotlandia.

Penemuan tersebut menunjukkan, jarak yang ditempuh lempengan batu pasir berukuran lima meter persegi dan seberat enam ton itu, kemungkinan lebih dari tiga kali lipatnya dari asumsi sebelumnya.

Monumen berupa lingkaran batu neolitik berusia 5.000 tahun tersebut, merupakan bagian sangat berharga dari warisan arkeologi Inggris. Stonehenge merupakan situs untuk merayakan peristiwa titik balik matahari tahunan dan baru-baru ini menjadi subjek protes iklim yang kontroversial.

Sampai tahun lalu, Batu Altar digambarkan sebagai 'batu biru' meskipun ditemukan sebagai batu pasir sedimen, yang diperkirakan berasal dari endapan di dekat Brecon Beacons di Wales.

Bersama dengan bongkahan batu biru dolerit dan riolit yang lebih kecil dari endapan Mynydd Preseli di pantai barat negara itu, telah lama diperkirakan bahwa orang Inggris kuno mengangkut batu-batu ini sejauh 225 kilometer (140 mil) untuk membangun Stonehenge. 

Situs ini juga memiliki lempengan besar batu pasir yang bersumber dari daerah setempat.

Namun, laporan dari Universitas Aberystwyth tahun lalu menemukan, komposisi Batu Altar sangat berbeda dari batu pasir Wales, dan penulis laporan menduga asal-usulnya di Inggris utara.

Para peneliti mengatakan, kemungkinan Batu Altar besar diangkut melalui air. Mengangkut batu seberat enam ton melalui darat sejauh lebih dari 1.000 kilometer merupakan kerja sangat berat pada 6.000 tahun yang lalu.

"Awalnya kami mengira batu itu pasti dipindahkan melalui lapisan es – jaraknya sangat jauh bagi manusia untuk mengangkutnya. Namun, jika kita melihat arah aliran es selama zaman es sebelumnya di Inggris, es sebenarnya bergerak lebih jauh dari Inggris selatan," kata Anthony Clarke, seorang geolog yang berasal dari Wales Selatan yang saat ini bekerja di kelompok Timescales of Mineral Systems Curtin University di Perth.

"Jika Anda melihat pengangkutan Batu Altar melalui darat, batu-batu itu pasti melewati beberapa rintangan yang berat seperti sungai, hutan lebat di Inggris prasejarah, lanskap rawa-rawa, dan pegunungan yang menghalangi jalan, dari Skotlandia utara yang kemudian menyisakan asumsi rute pengangkutan lewat laut," ujarnya.

Clarke menunjuk bukti perdagangan berbasis laut, pengiriman barang, dan hubungan sosial di seluruh Kepulauan Inggris pada saat pembangunan Stonehenge sebagai pendukung hipotesis transportasi laut.

Hal ini serupa dengan penelitian terbaru oleh para arkeolog, yang mengungkap keberadaan cabang-cabang Sungai Nil yang telah punah.

Analisis mereka menemukan, kanal-kanal yang telah punah itu pasti melewati lokasi banyak piramida, yang menunjukkan bahwa transportasi air digunakan oleh orang Mesir Kuno untuk mengangkut batu dalam jumlah sangat besar yang dibutuhkan untuk pembangunan piramida.

Dikutip dari DW, Clarke memperkirakan, hipotesis transportasi air akan menarik berbagai tanggapan dari komunitas arkeologi, tetapi yakin bahwa penelitian Stonehenge yang baru ini akan membantu memfokuskan pencarian sumber sebenarnya dari material yang digunakan di situs kuno tersebut.

"Saya yakin akan ada campuran antara rasa heran dan mungkin skeptisisme," kata Clarke.sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: