Asal Usul Tari Serimpi: Pesona dan Keanggunan Budaya Jawa

Oleh: Tim Redaksi
Jumat, 20 September 2024 | 00:34 WIB
Ilustrasi Tari Serimpi. (BeritaNasional/Freepik)
Ilustrasi Tari Serimpi. (BeritaNasional/Freepik)

BeritaNasional.com -  Tari Serimpi merupakan salah satu tarian tradisional yang sangat terkenal di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dengan akar sejarah yang mendalam, tarian ini menjadi bagian integral dari budaya seni tari di Indonesia.

Asal Usul dan Sejarah Tari Serimpi

Tari Serimpi diperkenalkan pada masa Kerajaan Mataram, sekitar tahun 1613 hingga 1646, di bawah pemerintahan Sultan Agung. Tarian ini termasuk dalam kategori seni tari yang sudah ada sejak lama di Jawa dan dikenal karena kesakralannya. Pada masa itu, Tari Serimpi hanya dipentaskan oleh penari terpilih di keraton dan hanya pada acara-acara tertentu.

Ketika Kerajaan Mataram terpecah pada tahun 1755 menjadi Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta, Tari Serimpi tetap dipertahankan sebagai bagian penting dari kedua kerajaan tersebut. Namun, terdapat perbedaan antara Tari Serimpi yang dipentaskan di Yogyakarta dan Surakarta.

Seiring waktu, Tari Serimpi mengalami evolusi dengan munculnya berbagai variasi, seperti Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, Serimpi Padhelori, Serimpi Gendong, Serimpi Cina, dan Serimpi Pramugari. Setiap variasi ini memiliki ciri khas dan cerita yang unik.

Makna Tari Serimpi

Tari Serimpi melambangkan keanggunan dan kelembutan wanita Jawa, khususnya dari Yogyakarta. Gerakan yang halus dan elegan dalam tarian ini mencerminkan karakter wanita Jawa yang lemah lembut, sopan, dan berbicara dengan santun.

Setiap variasi Tari Serimpi juga mengandung makna yang berbeda. Misalnya, Tari Serimpi Gendang Wati menceritakan kisah Angling Darma, seorang tokoh legendaris yang memiliki kekuatan gaib.

Dengan sejarah yang panjang, Tari Serimpi tidak hanya mencerminkan keindahan budaya Jawa tetapi juga terus berkembang dengan berbagai variasi hingga saat ini. Meskipun telah berusia ratusan tahun, tarian ini tetap eksis dan menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia.sinpo

Editor: Imantoko Kurniadi
Komentar: