Mesir Tolak Relokasi Paksa Warga Palestina

BeritaNasional.com - Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty bertemu Wakil Presiden Palestina Hussein al-Sheikh di Kairo untuk membahas perang Gaza dan perkembangan di Tepi Barat yang diduduki. Hal ini disampaikan Kementerian Luar Negeri Mesir.
Dalam pembicaraan pada Selasa (2/9), Abdelatty mengecam apa yang disebutnya sebagai "kebijakan kelaparan" Israel dan "penggunaan kelaparan sebagai senjata" di Gaza.
Dia menegaskan bahwa Mesir menentang relokasi paksa warga Palestina, perluasan operasi militer Israel. Mesir juga menolak genosida berkelanjutan terhadap rakyat Palestina.
Menlu Mesir tersebut juga mengecam rencana permukiman Israel di Tepi Barat, termasuk di area E1 yang sensitif di sebelah timur Yerusalem.
Kedua belah pihak membahas koordinasi menjelang konferensi internasional mengenai solusi dua negara, yang akan diselenggarakan pada bulan ini di New York bersamaan dengan Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sejumlah negara, termasuk Prancis, Kanada, Australia, Belgia, dan Malta, telah mengumumkan rencana untuk mengakui Negara Palestina. Portugal sedang mempertimbangkan langkah tersebut, sementara Inggris menyatakan akan melakukannya kecuali Israel mengakhiri perang di Gaza dan berkomitmen pada perundingan damai.
Otoritas kesehatan di Gaza pada Rabu yang sama mengatakan sedikitnya 63.746 warga Palestina tewas dan 161.245 lainnya terluka dalam operasi militer Israel di daerah kantong tersebut selama 22 bulan terakhir. Sebagian besar infrastruktur Gaza juga telah hancur, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah.
Perang tersebut dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan ke Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 lainnya, menurut data dari pihak Israel.
Sumber: Antara
HUKUM | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 15 jam yang lalu