Keamanan Siber di Asia Pasifik 2025: Menghadapi Ancaman AI, Deepfake, dan Quantum

Oleh: Tim Redaksi
Kamis, 05 Desember 2024 | 00:55 WIB
Ilustrasi keamanan siber. (BeritaNasional/Freepik)
Ilustrasi keamanan siber. (BeritaNasional/Freepik)

BeritaNasional.com -  Palo Alto Networks, perusahaan keamanan siber, mengungkapkan prediksi mengenai lanskap keamanan siber di Asia Pasifik untuk tahun 2025.

Prediksi ini mencakup lima tren utama yang diperkirakan akan berkembang dalam dua belas bulan mendatang, bertujuan untuk membantu organisasi mempersiapkan diri menghadapi tantangan yang semakin kompleks di dunia keamanan siber.

1. Pemanfaatan AI dalam Keamanan Siber: Tantangan dan Peluang

Pada 2024, organisasi di kawasan Asia Pasifik mulai mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) dalam berbagai aspek bisnis, termasuk dalam proses keamanan siber. Persaingan antara organisasi dan aktor jahat semakin ketat dalam pemanfaatan teknologi AI.

Namun, menurut laporan PwC, lebih dari 40% eksekutif perusahaan mengaku belum sepenuhnya memahami potensi risiko yang ditimbulkan oleh teknologi baru seperti Generative AI. Di tahun 2025, AI diprediksi akan menjadi pusat strategi keamanan siber, dengan organisasi menggunakannya untuk memitigasi risiko secara proaktif. Selain itu, penting bagi organisasi untuk menjaga keamanan model AI yang mereka kembangkan.

Simon Green, Presiden Palo Alto Networks untuk wilayah Asia Pasifik dan Jepang, menyoroti bahwa pada  2025, kawasan ini akan menghadapi ancaman siber berbasis AI yang semakin canggih dan berisiko tinggi.

Green menekankan pentingnya organisasi beralih ke platform keamanan yang terintegrasi dan didukung oleh teknologi AI yang transparan untuk tetap unggul dalam menghadapi serangan siber.

2. Transparansi sebagai Kunci untuk Membangun Kepercayaan di Era AI

Para pengambil kebijakan di Asia Pasifik kini mulai menyoroti perlindungan data dan keamanan yang terkait dengan penggunaan model AI yang terus berkembang.

Fokus utama pada tahun 2025 akan berpusat pada etika, perlindungan data, dan transparansi AI. Organisasi perlu memberikan komunikasi yang jelas mengenai mekanisme AI, termasuk cara pengumpulan data, data pelatihan, serta proses pengambilan keputusan, untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan pelanggan.

3. Deepfake: Ancaman Baru di Dunia Keamanan Siber

Pada  2025, penggunaan deepfake diperkirakan akan semakin meluas di Asia Pasifik, baik untuk tujuan penipuan finansial maupun penyebaran misinformasi. Serangan deepfake, yang digunakan untuk meniru suara atau wajah seseorang secara digital, semakin canggih dan dapat menipu bahkan karyawan perusahaan. Organisasi perlu waspada terhadap potensi serangan ini, yang dapat merusak reputasi dan kepercayaan publik.

4. Keamanan Rantai Pasokan dan Integritas Produk

Di 2025, perhatian akan lebih difokuskan pada integritas produk dan ketahanan rantai pasokan. Organisasi akan meningkatkan asesmen risiko dan mengkaji kembali rencana asuransi mereka.

Visibilitas real-time dan pemantauan yang menyeluruh akan menjadi kunci dalam mengelola risiko terkait infrastruktur cloud yang semakin kompleks.

Prediksi lainnya menunjukkan bahwa banyak organisasi akan beralih ke platform keamanan terpadu yang menawarkan visibilitas yang lebih baik dan pengelolaan yang lebih efisien.

Dengan semakin terbatasnya talenta di bidang keamanan siber, penggunaan platform terpadu dapat membantu organisasi mengoptimalkan sumber daya dan meningkatkan efisiensi operasional, sekaligus memperkuat pertahanan mereka terhadap ancaman yang terus berkembang.

5. Ancaman Kuantum: Menyambut Era Keamanan Post-Kuantum

Meskipun serangan kuantum terhadap enkripsi umum belum terjadi, para pelaku ancaman yang didukung negara diperkirakan akan meningkatkan taktik "harvest now, decrypt later" untuk mengincar data sensitif.

Untuk melawan potensi ancaman ini, organisasi harus mengadopsi pertahanan tahan kuantum, seperti algoritme kriptografi pasca-kuantum dan distribusi kunci kuantum.

Langkah-langkah ini menjadi penting untuk menjaga integritas data dan komunikasi, seiring dengan kemajuan teknologi komputasi kuantum.sinpo

Editor: Imantoko Kurniadi
Komentar: