Kaleidoskop 2024: Kejutan Ridwan Kamil Maju di Pilkada Jakarta 2024

Oleh: Lydia Fransisca
Senin, 30 Desember 2024 | 15:00 WIB
Calon Gubernur Jakarta Ridwan Kamil dan Calon Wakil Gubernur Jakarta Suswono. (BeritaNasional/Elvis).
Calon Gubernur Jakarta Ridwan Kamil dan Calon Wakil Gubernur Jakarta Suswono. (BeritaNasional/Elvis).

BeritaNasional.com - Secara mengejutkan Ridwan Kamil maju di Pilkada Jakarta 2024 setelah sebelumnya digadang-gadang bakal berlanjut di Pilkada Jawa Barat.

Ridwan Kamil maju di Pilkada Jakarta setelah diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus. Adapun KIM Plus mengusung Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada Jakarta 2024 kemarin.

Pasangan Ridwan Kamil-Suswono ini bersaing melawan calon independen Dharma Pongrekun-Kun Wardana dan calon dari PDI Perjuangan (PDIP) Pramono Anung-Rano.

Berdasarkan real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Pilgub Jakarta berhasil dimenangkan oleh Pramono-Rano dengan perolehan suara 2.183.239 atau 50,07 persen dari suara sah.

Meski demikian, Pilgub Jakarta kemarin sangatlah sepi peminat. Jumlah pemilih yang terdata di DPT adalah 8.214.007 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 42,48 persen atau 3.489.614 orang memutuskan untuk golput. Jumlah golput ini pun lebih banyak dibandingkan suara Pramono-Rano.

Sebagian pihak juga menyebutkan bahwa Ridwan Kamil-Suswono bukanlah sosok yang diinginkan warga Jakarta. Hal ini pun dituding menjadi salah satu alasan tingginya angka golput. 

Bukan tanpa sebab, Suswono merupakan politisi senior dari PKS dan namanya kurang populer di Jakarta.Ridwan Kamil sendiri pun punya sejarah panjang di Jakarta. Cuitan lamanya yang mengolok-olok warga Jakarta di media sosial X, dahulu Twitter, dimunculkan kembali saat namanya mencuat akan mengikuti Pilgub Jakarta 2024.

Tak berhenti di situ, jati dirinya sebagai Bobotoh garis keras juga membuat Jakmania ragu memilih Ridwan Kamil di Jakarta.

Ridwan Kamil sendiri memulai kariernya sebagai seorang arsitek sebelum akhirnya terjun ke dunia politik dan pemerintahan. Namanya semakin dikenal setelah berhasil menjadi Wali Kota Bandung pada 2013 silam.

Kala itu, dia maju sebagai calon Wali Kota Bandung melalui jalur independen dan banyak yang meragukan kemampuannya di dunia politik. Namun, ia berhasil menarik perhatian masyarakat dengan visi besar yang ditawarkan untuk memajukan Kota Bandung.

Perjuangannya mengubah Kota Bandung diberi tema "Bandung Juara". Bersama pasangannya, Oded M. Danial, Ridwan Kamil berhasil meraih kemenangan telak Pilkada Bandung.

Ia mulai memimpin Bandung pada 16 Maret 2013. Selama kepemimpinannya, Bandung mengalami banyak perubahan. Salah satu proyek besar yang sukses ia jalankan adalah revitalisasi ruang terbuka publik seperti Alun-Alun Bandung.

Kesuksesan Ridwan Kamil sebagai Wali Kota Bandung membuka peluang baginya untuk melangkah lebih jauh dalam dunia politik. Pada tahun 2018, ia mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Barat.

Namun, kali ini ia maju Pilkada dengan dukungan dari Partai Golkar, Partai Nasdem, dan PKB. Ridwan Kamil pun berjanji membawa Jawa Barat lebih maju.

Dengan gaya komunikasinya yang santai dan dekat dengan masyarakat, Ridwan Kamil semakin populer di kalangan warga Jawa Barat. Hingga pada 27 Juni 2018, dia berhasil meraih kemenangan dalam Pilgub Jawa Barat, mengalahkan sosok incumbent, Ahmad Heryawan. 

Meski demikian, di awal masa jabatannya, Ridwan Kamil menjadi buah bibir karena membentuk Tim Akselerasi Pembangunan (TAP). TAP ini dibuat untuk mempercepat pelaksanaan program-program pemerintahannya.

Namun, tim ini dikritik karena dianggap diisi oleh anggota keluarga dan orang-orang terdekatnya sehingga menimbulkan dugaan nepotisme.

Selanjutnya, program yang menuai polemik di masyarakat adalah Pembangunan Masjid Al Jabbar. Pembangunan masjid megah ini menghabiskan anggaran sekitar Rp1 triliun. 

Meskipun bertujuan sebagai ikon religius, proyek ini dikritik karena dianggap mengalokasikan dana yang besar sementara masih banyak kebutuhan lain yang mendesak.

Secara keseluruhan, program Ridwan Kamil dinilai hanya berfokus pada estetika semara daripada sesuatu yang memang benar-benar dibutuhkan warganya. 

Setelah selesai memimpin Jawa Barat, Ridwan Kamil akhirnya memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub 2024. 

Banyak yang menduga bahwa Ridwan Kamil akan mampu melanjutkan kesuksesannya di Jakarta, usai memimpin sebagai Wali Kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat.

Namun, meskipun Ridwan Kamil memiliki popularitas yang cukup besar dan pengalaman kepemimpinan yang mumpuni, ia gagal meraih kursi Gubernur Jakarta. 

Mulanya, pencalonan Ridwan Kamil sebagai Calon Gubernur Jakarta juga dipenuhi drama. Kala itu, dia sebagai kader Partai Golkar mendapatkan surat rekomendasi untuk maju di Pilkada Jawa Barat dan Jakarta.

Partai Golkar yang kala itu dipimpin Airlangga Hartarto memutuskan untuk mendukung Ridwan Kamil berlaga di Jawa Barat. Sebab, dia merupakan satu-satunya calon kuat di sana.

Namun, Partai Gerindra secara optimis terus mendorong Ridwan Kamil untuk maju di Jakarta. Hingga akhirnya Partai Golkar yang mengalami pergantian kepemimpinan, kini dipimpin Bahlil Lahadalia, merestui Ridwan Kamil untuk maju di Jakarta.

Turut mendukung 13 partai politik lainnya yang disebut sebagai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus. Adapun 13 partai politik lainnya adalah PKS, Demokrat, NasDem, PSI, PKB, Gelora, PBB, Perindo, PAN, PPP, PKN, Prima, dan Garuda.

Sayangnya, perjalanan Ridwan Kamil di Pilgub Jakarta 2024 harus gagal. Dalam masa kampanyenya, banyak program-programnya yang dikritik masyarakat.

Salah satu program yang dikritik adalah rencana menjadikan Kepulauan Seribu sebagai daerah pariwisata khusus dengan membuat tempat wisata sekelas Disney Land.

Kala itu, dia menyebutkan akan membangun Disney Land di Kepulauan Seribu. Pernyataan ini lantas menghebohkan publik karena dianggap tak masuk akal. Terlebih, hal serupa juga pernah ditawarkan Ridwan Kamil saat menjadi Gubernur Jawa Barat untuk dibangun di Cikarang tetapi hingga masa jabatannya berakhir tak terlihat hilal tempat wisata tersebut.

Program selanjutnya adalah menghadirkan mobil curhat untuk mengurangi tingkat stres warga Jakarta. Mobil curhat itu akan parkir di suatu tempat dan warga bisa berkonsultasi dengan psikolog yang ada di dalam mobil tersebut.

Sayangnya, program ini dikritik karena dianggap berpotensi menimbulkan kemacetan dan dinilai tak menyentuh akar penyebab tingginya stres warga Jakarta.

Selanjutnya, Ridwan Kamil bertekad untuk membuat warga Jakarta menjadi gemar berolahraga. Karena harga sewa gymnasium mahal, dia berencana menaruh alat-alat gym di pinggir jalan. Program itu juga mendapatkan kritik karena dianggap tak masuk akal.

Belum lagi soal politik identitas, Ridwan Kamil kerap disudutkan soal jati dirinya yang merupakan seorang bobotoh. Saat videonya tersebar saat menonton replay pertandingan Persija, dirinya dikritik masyarakat.

Hingga masa pencoblosan pada 27 November 2024, Ridwan Kamil masih menerima banjir kritik karena dirinya yang belum ber-KTP Jakarta. Dia mendapatkan ejekan dari masyarakat karena dianggap mencari pekerjaan di Jakarta.

Meski demikian, Pilkada Jakarta pun telah rampung. KPU DKI Jakarta akan mengumumkan bahwa Pramono-Rano sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Khusus Jakarta (DKJ) pada awal 2025 nanti.

Ridwan Kamil pun menyebut bahwa kekalahan bukan akhir segalanya. Dia memastikan akan tetap dan terus berkarya sebagai bentuk pengabdian kepada bangsa dan negara. 

”Kalau sudah berkontestasi harus siap menang, harus siap kalah dan kalah itu bukan akhir dari segalanya. Kadang-kadang ada yang sifatnya nanti diganti oleh hal-hal yang lebih baik,” kata Ridwan Kamil usai bersilaturahmi dengan awak media, Rabu (18/12/2024).

”Yang penting Indonesia maju, damai, demokrasinya membaik. Saya masuk politik karena ingin membangun demokrasi yang lebih baik. Mudah-mudahan ke depan demokrasi kita semakin baik,” sambungnya.

Dalam menjalani hidup, Ridwan Kamil mengaku punya tiga dimensi. Dimensi akademik, dimensi bisnis, dan dimensi politik. Pilkada Jakarta yang sudah selesai adalah wujud ikhtiar di dimensi politik. 

Ridwan Kamil pun sekarang mengaku punya lebih banyak waktu untuk fokus di dua dimensi lainnya.

”Saya itu hidupnya ada tiga dimensi. Ada dimensi politik, ada dimensi akademik, ada dimensi bisnis. Ketika dimensi politik sekarang sudah selesai, saya akan fokus di dua dimensi lain. Dimensi akademik, mengajar lagi, ada tawaran di luar negeri juga. Dimensi bisnis, ada bisnis kopi, ada berbagai macam bisnis,” pungkasnya.sinpo

Editor: Harits Tryan Akhmad
Komentar: