Memahami Bahasa Betawi yang Sebenarnya Adalah Dialek Melayu

Oleh: Tim Redaksi
Selasa, 28 Januari 2025 | 03:00 WIB
Ilustrasi bahasa Betawi. (Foto/Freepik)
Ilustrasi bahasa Betawi. (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Bahasa Betawi sebenarnya adalah dialek dari bahasa Melayu. Dilansir dari referensi data laman Kemdikbud, bahasa Betawi merupakan hasil pembauran bahasa-bahasa antarsuku dan dipengaruhi unsur bahasa asing, yakni Arab, Belanda, Portugis, Inggris, dan Cina). 

Bahasa Melayu dialek Jakarta tumbuh sejak abad ke-10. Dalam bahasa ini, ada kosakata yang tergolong Betawi Kawi yang dipengaruhi Melayu Polinesia dan Kawi-Jawi. 

Melayu dialek Jakarta yang dipakai sejak abad ke-10 juga dipengaruhi bahasa Portugis mulai abad ke-16. Pada awalnya, bahasa Melayu digunakan oleh orang-orang atau penduduk asli Jakarta dan menjadi dasar bahasa Indonesia.

Banyak persamaan antara bahasa Indonesia dan betawi sehingga sering disebut bahasa Indonesia dialek Jakarta. 

Perbedaan utamanya hanya pada ucapan sejumlah kata-kata yang pada kedua bahasa itu belum ada padanannya. Umumnya penduduk Betawi asli mengucapkan bunyi a menjadi e, misalnya Abah =Abe, Ada =Ade, Saja =Saje, dan lainnya, yang banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab, bahasa Cina, bahasa Jawa, dan bahasa Sunda. 

Penduduk asli kota Jakarta yang pernah mempunyai nama Sunda Kelapa, Jayakarta, dan Batavia berbahasa Melayu. Di Pelabuhan Sunda Kelapa terjadi pertemuan para pedagang dari dalam (Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa Timur dan Malaka) dan luar Nusantara (orang Arab dan Cina datang lebih dulu daripada orang Portugis dan Belanda) dengan penduduk setempat. 

Pertemuan antarbangsa ini mengakibatkan kontak bahasa. Dalam berkomunikasi dagang digunakan Bahasa Melayu sebagai lingua franca.

Bahasa Betawi ini merupakan salah satu dialek areal dari bahasa melayu, yang berkembang sejak awal-awal abad masehi di kawasan antara sungai Cisadane di sebelah barat sampai sungai Citarum di sebelah timur; dari pantai Teluk Jakarta di sebelah utara sampai dekat kaki gunung salak di sebelah selatan. 

Kosakatanya sebagian besar sama dengan kosakata bahasa melayu umum; lalu diperkaya dengan kosakata dari bahasa Arab, cina, Belanda dan beberapa bahasa daerah lain, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali. 

Selain ada kosakata khas milik bahasa Betawi. Kosakata bahasa asing yang diserap ke dalam Bahasa Melayu berasal dari Bahasa Arab, Cina, Portugis, Belanda, Inggris dan Sanskerta. 

Penyerapan dari bahasa-bahasa itu turut memberikan ciri kepada Bahasa Melayu yang dituturkan oleh penduduk Jakarta asli sehingga menjadi Bahasa Melayu dialek Betawi. 

Dialek Betawi memiliki ciri khas fonetis yang membedakannya dengan Bahasa Melayu dialek lainnya. Bahasa Cina, terutama Bahasa Hokkian, merupakan bahasa asing yang turut memperkaya khazanah kosakata Bahasa Melayu Betawi. Bahasa Indonesia Nonformal Bahasa Melayu Betawi banyak digunakan dalam percakapan berbahasa Indonesia pada situasi nonformal. 

Pada masa pra Sumpah Pemuda bahasa Indonesia yang masih disebut bahasa Melayu menjadi alat komunikasi atau bahasa yang sering dipergunakan di dalam pergaulan sehari-hari antara suku-suku bangsa Indonesia atau antara bangsa Indonesia dan bangsa asing sehingga bahasa Melayu adalah menjadi semacam jembatan yang mengakrabkan pergaulan dan memesrakan hubungan antara suku-suku bangsa dari pelbagai daerah Indonesia. 

Bahasa Melayu dialek Betawi yang untuk mudahnya biasa disebut bahasa Betawi, merupakan ciri kebudayaan yang paling menonjol dari orang Betawi, digunakan mereka secara turun temurun sebagai bahasa sehari-hari. 

Berdasarkan penggunaan bahasa oleh masyarakat pendukungnya, wilayah yang dapat dianggap sebagai wilayah budaya Betawi itu meliputi seluruh wilayah DKI Jakarta, sebagian besar wilayah Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kecamatan Batu Raya di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Tangerang. 

Perkembangan selanjutnya terdapat gaya berbahasa Indonesia dengan campuran bahasa Betawi yang disebut "Prokem betawi". Gaya berbahasa ini tidak hanya diucapkan dalam obrolan santai, melainkan telah masuk dalam media surat menyurat seperti gini atau dong, sih serta kata deh. Bahkan media surat kabar yang terbit di Jakarta pun terpengaruh juga dengan prokem Betawi.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: