Belasan Wanita di Tanjung Priok Jadi Korban TPPO, Janji Dapat Kerja Halal Malah Jadi Terapis Pijat Plus-plus

BeritaNasional.com - Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Priok berhasil mengungkap tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang dilakukan dua tersangka inisial SM (56) sebagai pelaku utama (mucikari) dan TR (29) yang membantu dalam praktik perdagangan orang.
Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok AKBP Martuasah H. Tobing mengungkapkan modus operandi para tersangka adalah menawarkan pekerjaan halal kepada para korban sebagai pegawai swasta di Jakarta.
“Pekerjaan swasta yang dimaksud awalnya sebagai penjaga warung atau kedai makan,” kata Martuasah saat dikonfirmasi pada Rabu (19/2/2025).
Namun, ungkap Martuasah, para korban justru dijadikan pekerja seks komersial dengan dalih sebagai terapis pijat panggilan. Mereka disamarkan status pekerjaannya sebagai pegawai warung makanan.
“Kedua tersangka ini menawarkan dan mencarikan pelanggan untuk pelayanan seksual, menjemput serta mengantar korban ke lokasi, dan mengambil keuntungan dari aktivitas tersebut,” ujarnya.
Dari hasil penyelidikan, diketahui bahwa para tersangka hanya memberikan para korban uang sekitar Rp 100.000 hingga Rp 200.000 dari setiap transaksi, padahal tarif layanan mencapai Rp 2.000.000. Adapun selama enam bulan terakhir, perputaran uang dalam transaksi mereka mencapai hampir Rp 1 miliar.
Dalam penggerebekan yang dipimpin Kasatreskrim Polres Tanjung Priok AKP Gusti Ngurah Krisna Sik petugas berhasil menyelamatkan 16 korban yang beberapa di antaranya masih di bawah umur pada 4 Februari 2025.
“Dari 16 korban itu, ada 5 orang di bawah umur,” singkatnya.
Selain itu, petugas berhasil menyita barang bukti dari tersangka antara lain empat alat kontrasepsi, kartu ATM BCA, uang tunai Rp 500.000, handphone, serta 10 alat komunikasi berbagai tipe dan merek.
“Dari keterangan tersangka, diketahui jumlah korban yang terjerat dalam praktik TPPO tersebut diduga mencapai 30 orang. Para tersangka sengaja menerapkan sistem kredit hutang sehingga para korban terpaksa harus terus melakukan pekerjaan tersebut,” ujarnya.
“Kami sangat prihatin dengan kasus ini. Para korban awalnya dijanjikan pekerjaan yang halal, tetapi malah dieksploitasi. Lebih parahnya lagi, mereka juga dibuat memiliki utang dengan pelaku, sehingga terpaksa bertahan dalam situasi ini,” tambahnya.
Saat ini, Martuasah menyebut pihaknya terus mengembangkan kasus untuk mengungkap jaringan yang lebih luas serta menelusuri kemungkinan adanya korban lain.
“Polres Pelabuhan Tanjung Priok berkomitmen mendukung Asta Cita Presiden RI Bapak Prabowo Subianto terkait Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang serta Program Presisi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo,” ujarnya.
Atas perbuatannya, para tersangka dijerat dengan Pasal 2 Ayat 1 UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, serta Pasal 76F jo Pasal 83 dan/atau Pasal 76 jo Pasal 88 UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Selain itu, mereka juga dijerat dengan Pasal 296 dan Pasal 506 KUHP yang berkaitan dengan praktik prostitusi dan eksploitasi ekonomi terhadap perempuan.
8 bulan yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 23 jam yang lalu