Profil Raden Dewi Sartika: Pahlawan Pendidikan Perempuan Indonesia

Oleh: Tim Redaksi
Selasa, 25 Februari 2025 | 01:36 WIB
Tokoh perempuan Indonesia, Raden Dewi Sartika. (Foto/jogjaprov)
Tokoh perempuan Indonesia, Raden Dewi Sartika. (Foto/jogjaprov)

BeritaNasional.com -  Raden Dewi Sartika merupakan salah satu tokoh perempuan yang sangat berpengaruh di Indonesia, dikenal sebagai pelopor pendidikan bagi perempuan.

Karena kontribusinya yang luar biasa dalam dunia pendidikan dan kesetaraan gender, Dewi Sartika dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1966.

Latar Belakang Hidup Dewi Sartika

Dilahirkan di Bandung pada 4 Desember 1884, Dewi Sartika tumbuh dalam keluarga priyayi Sunda yang kaya akan tradisi. Ayahnya, Raden Somanagara, adalah seorang patih yang berani menentang Pemerintah Hindia-Belanda, yang menyebabkan ibunya diasingkan ke Ternate.

Dewi Sartika kemudian diasuh oleh pamannya, Patih Arya Cicalengka. Di bawah asuhan pamannya, Dewi Sartika mendapatkan pemahaman mendalam tentang budaya Sunda, sementara pengetahuan Barat ia peroleh dari seorang nyonya Asisten Residen Belanda.

Pendidikan dan Pengaruh Keluarga

Meskipun pada masa itu perempuan jarang memperoleh pendidikan, Dewi Sartika berhasil menempuh pendidikan di sekolah Belanda, berkat dukungan orang tuanya yang melawan tradisi setempat.

Semangat Dewi Sartika untuk belajar sejak kecil sudah terlihat jelas, bahkan ketika ia masih bermain di halaman rumah, ia sering mengajarkan anak-anak pembantu di lingkungan kepatihan mengenai membaca, menulis, dan berbahasa Belanda. Alat-alat sederhana seperti papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting menjadi media pengajaran yang digunakan Dewi Sartika.

Perjalanan Menuju Pendidikan Perempuan

Sejak kecil, Dewi Sartika memiliki tekad untuk mendirikan sekolah bagi perempuan. Setelah kembali ke Bandung, ia mengungkapkan keinginannya kepada pamannya, Bupati Martanagara. Walaupun awalnya terdapat keraguan karena adat yang membatasi peran perempuan, keteguhan hati Dewi Sartika akhirnya membuahkan hasil. Pamannya setuju dan memberikan dukungan penuh untuk mendirikan sekolah perempuan pertama di Hindia-Belanda.

Mendirikan Sakola Istri

Pada tahun 1902, Dewi Sartika mulai mengajar di sebuah ruang kecil di belakang rumah ibunya di Bandung, di mana ia mengajarkan keterampilan dasar seperti merenda, memasak, jahit-menjahit, serta membaca dan menulis kepada perempuan di sekitarnya.

Semangatnya yang tak kenal lelah pun membuahkan hasil, dan pada tahun 1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri, sekolah pertama bagi perempuan di Hindia-Belanda. Sekolah ini dimulai dengan tiga orang guru dan 20 murid, yang belajar di pendopo kabupaten Bandung.

Pada tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, seorang pria yang memiliki visi yang sama dalam memajukan pendidikan. Dari pernikahannya ini, mereka dikaruniai seorang putra bernama R. Atot. Suami Dewi Sartika mendukung penuh perjuangannya dalam dunia pendidikan.

Warisan dan Pengaruh Dewi Sartika

Dewi Sartika tidak hanya dikenal sebagai pendidik, tetapi juga sebagai advokat perubahan sosial. Sekolah yang ia dirikan menjadi pondasi bagi kemajuan pendidikan perempuan di Indonesia. Semangat perjuangannya yang gigih telah memberikan dampak besar pada sejarah pendidikan di Indonesia dan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.

Dengan segala dedikasi dan semangatnya, Dewi Sartika tetap dikenang sebagai pahlawan yang membuka jalan bagi pendidikan perempuan di Indonesia, mengubah pandangan sosial terhadap perempuan, dan menumbuhkan kesadaran pentingnya kesetaraan pendidikan untuk semua.

 

Muhammad Dzaki Ramadhansinpo

Editor: Iman Kurniadi
Komentar: