Jumat, 07 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
00:00
Subuh
00:00
Zuhur
00:00
Ashar
00:00
Magrib
00:00
Isya
00:00

Asal-usul Tradisi Mudik Lebaran di Indonesia

Oleh: Tim Redaksi
Jumat, 07 Maret 2025 | 06:31 WIB
Sejumlah pemudik melintas di gerbang tol Cikampek. (BeritaNasional/Elvis).
Sejumlah pemudik melintas di gerbang tol Cikampek. (BeritaNasional/Elvis).

BeritaNasional.com - Mudik Lebaran telah menjadi tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia menjelang Hari Raya Idulfitri. Setiap tahun, jutaan orang berbondong-bondong kembali ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran bersama keluarga. 

Namun, tahukah Anda bagaimana asal-usul tradisi mudik ini bermula?

Sejarah dan Asal-Usul Mudik

Mudik berasal dari kata dalam bahasa Jawa, yaitu "mulih dhisik" yang berarti "pulang dulu". Pada zaman dahulu, para perantau yang bekerja di kota-kota besar akan kembali ke kampung halaman untuk bertemu dengan keluarga, melepas rindu, serta berziarah ke makam leluhur.

Tradisi mudik semakin berkembang sejak era kolonial Belanda. Pada masa itu, banyak orang desa yang merantau ke kota-kota besar seperti Batavia (Jakarta), Surabaya, dan Semarang untuk bekerja.

Ketika hari raya tiba, mereka pulang ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran dengan keluarga. Fenomena ini terus berlanjut dan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat.

Mudik di Era Modern

Di era modern, mudik telah menjadi fenomena nasional. Pemerintah dan berbagai pihak terkait menyiapkan berbagai sarana transportasi, mulai dari angkutan umum seperti bus, kereta api, kapal laut, hingga penerbangan khusus.

Selain itu, arus mudik juga memicu peningkatan infrastruktur jalan, termasuk pembangunan jalan tol yang menghubungkan kota-kota besar dengan daerah-daerah lain di Indonesia.

Namun, tradisi ini juga membawa tantangan tersendiri, seperti kemacetan parah, kecelakaan lalu lintas, hingga lonjakan harga tiket transportasi. Oleh karena itu, pemerintah setiap tahunnya menerapkan berbagai kebijakan untuk mengurangi dampak negatif, seperti sistem ganjil-genap, one way, dan penyediaan mudik gratis bagi masyarakat.

Filosofi dan Makna Mudik

Lebih dari sekadar perjalanan pulang kampung, mudik memiliki makna sosial dan emosional yang mendalam. Mudik menjadi momen bagi banyak orang untuk mempererat tali silaturahmi, meminta maaf, serta mengenang kampung halaman yang telah lama ditinggalkan. Tradisi ini juga menjadi simbol kebersamaan dan kebahagiaan yang dirayakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dengan segala tantangan dan kemeriahannya, mudik tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi ini pun terus beradaptasi dengan perubahan sosial dan teknologi, tetapi esensinya tetap sama: kembali ke akar dan berkumpul dengan keluarga tercinta.sinpo

Editor: Harits Tryan Akhmad
Komentar: