Pemerintah Dorong Kolaborasi Multistakeholder untuk Perkuat Ketahanan Siber Nasional

BeritaNasional.com - Guna mewujudkan ekosistem ekonomi digital yang aman dan terlindungi, pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis dengan menginisiasi kemitraan setiap pemangku kepentingan.
Inisiatif ini fokus pada pengembangan ketahanan siber secara komprehensif, terutama melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan talenta keamanan siber yang vital untuk melindungi infrastruktur kritis di Indonesia.
Deputi Bidang Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi menekankan pentingnya langkah ini.
"Memperkuat ketahanan siber adalah fondasi penting untuk mengembangkan ekonomi digital Indonesia. Kami memulai dengan meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya mitigasi risiko dan investasi dalam keterampilan guna memperkuat kesiapan dan respons Indonesia," ujarnya melalui keterangan persnya yang dikutip pada Sabtu (21/6/2025).
Kompleksitas keamanan siber menjadikan pembangunan kapasitas sumber daya manusia sebagai prioritas utama.
Indonesia harus berinvestasi dalam program pelatihan yang membekali tenaga kerja dengan keterampilan mumpuni untuk menghadapi ancaman siber yang terus berkembang.
Kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta sangat diperlukan untuk menciptakan pasokan profesional yang terampil di bidang keamanan siber.
"Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan melebihi USD 130 miliar dan akan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di Asia Tenggara. Pertumbuhan ini membutuhkan langkah-langkah keamanan siber yang kuat untuk melindungi aset digital dan memastikan kesuksesan ekonomi jangka panjang," katanya.
Sebagai wujud komitmen bersama dalam menjaga keamanan kawasan dan mendorong kerja sama lintas batas, Kemenko Perekonomian bekerja sama dengan Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT), PT Kinema Systrans Multimedia (Infinite Learning-Nongsa Digital Park), dan PT Innoveight Technofarm Indonesia (Innov8), sukses menyelenggarakan Indonesia-Australia Cybersecurity Symposium dan Workshop pada 16–17 Juni 2025.
Acara yang didukung penuh oleh Pemerintah Australia melalui Southeast Asia and Pacific Cyber Program ini menjadi tonggak penting dalam pembentukan strategi ketahanan siber Indonesia.
Simposium ini juga mendorong kolaborasi multistakeholder dan merupakan implementasi konkret dari MoU yang telah disepakati Indonesia-Australia pada Februari 2025 lalu.
"Keamanan siber merupakan pilar krusial bagi ketahanan nasional dan regional. Simposium ini mempertemukan para pemimpin senior, pejabat pemerintah, dan pakar industri untuk membahas tantangan dan peluang utama dalam memperkuat kerangka kerja keamanan siber Indonesia," jelas Deputi Edi.
Keamanan Siber Tanggung Jawab Bersama
Deputi Bidang Strategi dan Kebijakan Keamanan Siber dan Sandi di Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Marsekal Muda TNI R. Tjahjo Khurniawan menegaskan keamanan siber adalah tanggung jawab bersama.
"Jadi, Strategi Keamanan Siber Nasional dilaksanakan secara semesta melalui sinergi seluruh pemangku kepentingan," ujarnya.
Jonathan Gilbert, Penasihat Menteri dari Kedutaan Besar Australia, menambahkan pemerintah Australia bangga dapat bekerja sama dengan Indonesia untuk meningkatkan ketahanan siber kolektif di kawasan.
‘’Serta menghadapi peluang dan tantangan dunia maya yang berkembang pesat," katanya.
Wakil Rektor Pendidikan Vokasional dan Wakil Presiden RMIT University Mish Eastman turut menekankan komitmen berkelanjutan RMIT dalam menyediakan pelatihan yang relevan dan diminati secara internasional.
"Simposium ini merupakan langkah menarik berikutnya dalam memanfaatkan keahlian riset global dan pengembangan keterampilan RMIT untuk menyesuaikan dengan kebutuhan keterampilan keamanan siber di Indonesia. Bersama-sama, kita dapat menciptakan solusi yang sesuai dan berskala besar untuk membangun ketahanan siber," tutur Eastman.
Senada dengan hal tersebut, CEO Innov8 Technofarm, Ritchie Glen, mengungkapkan antusiasmenya dalam mendukung upaya Indonesia membina keseimbangan antara talenta, infrastruktur, dan tata kelola siber melalui kolaborasi regional demi masa depan digital yang lebih aman.
Menurut Ritchie, ketahanan siber berkembang layaknya sebuah ekosistem.
"Karena itu, jika kita dapat mempercepat persiapan fasilitas pelatihan khusus, itu akan menjadi nilai tambah. Oleh karena itu, pusat pelatihan kami siap menyelenggarakan program dan sertifikasi kelas dunia. Dari sisi bisnis, Innov8 telah mengalokasikan hampir USD1 juta untuk memulai pusat pelatihan keamanan siber kelas dunia di Jakarta," tandasnya.
POLITIK | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
PENDIDIKAN | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 16 jam yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu