Apa Itu Silent Treatment, dan Apa Dampaknya bagi Pasangan?

BeritaNasional.com - Dalam sebuah hubungan, termasuk hubungan pernikahan, kadang pasangan bertengkar dan tidak menemukan penyelesaian. Kadang salah satu pihak melakukan silent treatment.
Nah, silent treatment merupakan perilaku seseorang dengan sengaja menghindari, atau tidak mau berbicara dengan pasangannya.
Pada konteks pasangan, silent treatment sering muncul ketika salah satu pasangan memilih diam. Sedangkan pihak lain menuntut respons dan membuka pembicaraan agar masalah dapat terselesaikan.
Melansir dari laman Cleveland Clinic, perilaku silent treatment merupakan bentuk stonewalling atau penghindaran yang terjadi dalam konflik pasangan.
Sebagian orang memilih cara ini untuk menenangkan dirinya. Namun, tanpa disadari hal tersebut juga bisa menyakiti pihak lain.
Mereka yang melakukan silent treatment, terkadang berpikir bahwa perilaku tersebut adalah keputusan yang terbaik dan bukan hal yang salah dalam menghadapi konflik.
Namun dalam jangka panjang, tingkah laku ini dapat berdampak masalah serius, seperti merusak hubungan dan kesejahteraan psikologis pasangan.
Kebanyakan orang yang menerima sikap silent treatment, akan mengalami frustrasi atau semakin marah karena kebutuhan emosional mereka tidak terpenuhi.
Mereka juga bisa merasa kebingungan dan bertanya pada diri sendiri alasan mendapatkan sikap diam ini, hingga berakhir dengan keadaan overthinking.
Apa dampak silent treatment dalam hubungan pernikahan?
1. Perasaan pada pasangan mulai pudar dan tidak dapat memahami satu sama lain.
2. Risiko terhadap kesehatan mental dan emosional, terutama bagi penerima sikap silent treatment. Contohnya seperti kecemasan, gangguan tidur, dan penurunan percaya diri.
3. Pudarnya rasa saling percaya dan menciptakan jarak antar pasangan.
4. Terciptanya bentuk kekerasan emosional, seperti memanipulasi, menghukum, atau mengontrol pasangan.
Sikap silent treatment tiap orang juga dapat berbeda-beda. Untuk mengenalinya, berikut beberapa tanda-tanda yang perlu diketahui:
1. Sengaja mengabaikan Anda dengan jelas.
2. Bertindak seolah tidak terjadi apa-apa atau melakukan hal yang memancing reaksi emosi.
3. Tidak berkomunikasi selama berjam-jam, berhari-hari, hingga berbulan-bulan.
4. Pergi tanpa memberi tahu tujuannya, dan hilang begitu saja tidak kembali.
5. Bicara dengan orang lain di depan Anda, namun tidak berbicara dengan Anda.
Selain itu, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan sikap silent treatment terjadi pada seseorang, diantaranya seperti:
1. Ketidakmampuan mengelola emosi atau menangani konflik secara terbuka, sehingga lebih memilih diam dibandingkan membuka pembicaraan hingga keadaan semakin panas.
2. Upaya untuk mengontrol atau memanipulasi keadaan, di mana bisa sebagai bentuk hukuman atau mendapatkan perhatian pada pasangan.
3. Penghindaran komunikasi karena takut berkonflik atau merasa tidak dipahami pihak lain.
4. Terbiasa berada di lingkungan dengan komunikasi tertutup atau terjebak rasa traumatis.
Agar hubungan dengan pasangan tetap romantis dan sehat, berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghadapi sikap silent treatment:
1. Dapat membedakan antara waktu sejenak untuk menenangkan diri dan menghindari komunikasi.
Biasanya pasangan yang lebih memilih menenangkan diri agar tidak melepaskan emosinya saat berkonflik, akan meminta waktu diam sejenak sekitar 30 menit. Bukan diam selama berhari-hari.
2. Lakukan pendekatan dengan baik, ungkapkan perasaan dengan jujur dan tenang.
Agar tidak terjadi konflik berat dan berakhir dengan sikap silent treatment, Anda bisa melakukan pendekatan dengan baik dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin tanpa terbawa emosi.
Kemudian, jika perlakuan silent treatment sudah berlebihan, bisa ungkapkan perasaan dengan jujur bahwa Anda sering diabaikan dan ingin tahu alasan dibalik sikap diamnya.
3. Meminta bantuan profesional.
Jika pola silent treatment terus berulang dan sudah menimbulkan luka emosional atau kesehatan mental terganggu, Anda bisa konsultasi dengan terapis pasangan atau psikolog keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah dan menyembuhkan kesehatan mental Anda.
4. Lakukan rutinitas komunikasi sehat
Anda bersama pasangan bisa melakukan rutinitas komunikasi sehat atau sesi curhat. Waktu tersebut bisa digunakan untuk membicarakan soal perasaan satu sama lain dan tindakan yang menyakiti antar pasangan.
Sumber: Antara
HUKUM | 2 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 7 jam yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
HUKUM | 1 hari yang lalu