Cerita Korban Sindikat Penipuan Online Kamboja, Sempat Bekerja di Singapura Sebelum Diculik
BeritaNasional.com - Orang tua dari korban asal Bogor, Jawa Barat (Jabar) bernama Firman, menceritakan kronologi anak laki-lakinya bisa menjadi korban eksploitasi sindikat penipuan online di Kamboja hingga berhasil melarikan diri ke KBRI Phnom Penh.
Firman tidak menyangka anaknya menjadi korban eksploitasi. Awal cerita, anaknya diajak oleh teman semasa SD untuk bekerja di Singapura dan segala urusan administrasi termasuk paspor telah diurus teman anaknya itu.
Bahkan, lanjut Firman, awalnya tidak memiliki kecurigaan, karena selama satu bulan di Singapura, anaknya benar-benar bekerja di sebuah perusahaan sebagai customer service. Namun tiba-tiba komunikasi dengan Firman terputus pada Jumat (17/10/2025).
“Di Singapura ditawari kerja di perkantoran. Sampai sana iya benar kerja di perkantoran sebagai customer service,” kata Firman saat dihubungi Sabtu (25/10/2025) kemarin.
Namun, kata dia, itu semua berubah ketika korban diajak oleh temannya untuk pergi naik pesawat. Sampai akhirnya, korban tersadar sudah tiba di Kamboja yang selang satu hari langsung diculik di depan toko roti hingga dibawa secara paksa ke perbatasan Kamboja-Vietnam di kota Bavet.
“Anak saya belum sadar sampai dia tiba di sebuah toko dan besoknya dia diculik di depan toko itu dan disandera dan dijadikan pekerja paksa untuk penipuan online,” cerita Firman.
Kemudian, Firman pun mengungkapkan cara anaknya melarikan diri. Anaknya mendapat tugas menjemput makanan yang dibeli secara online di depan ruko tempat sindikat penipuan online itu beroperasi. Lalu korban melancarkan aksinya untuk melarikan diri.
“Disandera dan dijadikan pekerja paksa untuk penipuan online. Sampai akhirnya bisa kabur punya rencana kabur, karena dia ditugaskan pesan makan online dan jemput makanan di depan ruko, Selasa (21/10/2025) pukul 20.00 waktu setempat,” ungkap dia.
“Seperti biasa anak saya pesan makan online berdua dengan teman yang senasib. Makanan datang, kabur jam 05.00-an pagi baru bisa pesan grab mobil untuk kabur berangkat 19.00 jam menuju KBRI. Akhirnya sampai di KBRI,” terangnya.
Selain itu, Firman juga menyampaikan kondisi anaknya yang masih menunggu proses pemulangan dari Kamboja untuk kembali ke İndonesia oleh pihak KBRI. Anaknya trauma dan jadi sangat waspada pada orang baru.
“Sementara hanya WA. Tapi kalau lihat orang yang tak di kenal dia trauma. Jadi waspada,” kata Firman
Meski sudah melarikan diri, anaknya juga masih mendapat teror pesan ancaman dari sindikat. Dari bukti tangkapan layar yang diperlihatkan Firman, tertulis pesan ancaman yang dikirim melalui WhatsApp dengan nomor yang tidak dikenali. “Bajingan, sampe indo gak bakal idup tenang lu setan.” teror kedua, “Lu dimana, lu mau balik atau gua kejar sampe indo? Balik gak lu ke Mess.”
Atas kejadian yang menimpa anaknya, Firman berharap KBRI bisa segera membantu pemulangan anaknya. Karena meski telah ada di bawah perlindungan, nasib anaknya masih sangat riskan dengan teror yang dilayangkan para sindikat.
Terlebih, Firman mengaku sangat keterbatasan dalam hal biaya untuk memenuhi kebutuhan anaknya selama di Kamboja. Karena, anaknya masih membutuhkan biaya untuk penginapan hotel yang ternyata tidak ditanggung pihak KBRI.
“Katanya proses urus berkas lama bisa sampai enam bulan dan tidak ada tempat tinggal. Kami harus cari biaya sendiri utk Fikar menginap, makan juga biaya tiket di hotel sekitar KBRI, sedangkan kami orang tua tidak punya uang untuk biaya itu,” tuturnya.
“Kami hanya orang biasa yang sehari-hari biaya cukup hanya buat makan. Kami mohon Bantuannya untuk masalah kami ini,” harap Firman.
TEKNOLOGI | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 21 jam yang lalu
GAYA HIDUP | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 20 jam yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
TEKNOLOGI | 1 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu







