Polemik Gelar Pahlawan Soeharto, Fadli Zon Beberkan Jasa Besarnya
BeritaNasional.com - Di tengah polemik pemberian gelar pahlawan untuk Presiden RI ke-2 Soeharto, Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK) Fadli Zon menyebut bahwa Bapak Pembangunan itu telah memenuhi syarat untuk dicalonkan sebagai pahlawan nasional, ia pun membeberkan sejumlah jasa besar Soeharto untuk Indonesia semasa hidupnya.
Menteri Kebudayaan itu menjelaskan, nama Soeharto telah melewati tahap pengusulan dan pengkajian berjenjang dari pemerintah daerah, Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD), kemudian di tingkat pusat oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Tingkat Pusat (TP2GP) Kementerian Sosial, dan sampai Dewan GTK.
"Nama Presiden Soeharto itu sudah tiga kali bahkan diusulkan ya, dan juga beberapa nama lain, ada yang dari 2011, ada yang dari 2015, semuanya yang sudah memenuhi syarat," kata Fadli Zon menjawab pertanyaan wartawan saat ditemui di Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Rabu (5/11/2025) sore.
Menurut politikus Partai Gerindra itu, nama-nama yang diusulkan sebagai calon pahlawan nasional itu tidak mungkin masuk daftar 49 nama, jika mereka tidak memiliki jasa dan memenuhi syarat serta kriteria yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
"Kalau enggak (memenuhi syarat, red.) tidak mungkin diusulkan. Jadi, soal memenuhi syarat itu memenuhi syarat," tegasnya.
Bahkan, Fadli pun membeberkan jasa Soeharto semasa hidupnya berdasarkan kajian-kajian mengenai calon pahlawan nasional itu. Soeharto dinilai berjasa karena pernah memimpin Serangan Umum 1 Maret pada tahun 1949 saat Agresi Militer Belanda II. Menurutnya, hal itu merupakan serangan besar yang menjadi tonggak Indonesia diakui dunia. Begitu juga dengan jasanya dalam Operasi Pembebasan Irian Barat.
"Beliau memimpin Serangan Umum 1 Maret. Itu sebagai contoh, 1 Maret itu serangan besar, Serangan Umum 1 Maret itu salah satu yang menjadi tonggak Republik Indonesia itu bisa diakui oleh dunia, masih ada. Karena Belanda waktu itu mengatakan Republik Indonesia sudah cease to exist, sudah tidak ada lagi," terang mantan Wakil Ketua DPR itu.
"Jadi, di perundingan-perundingan di New York ketika itu, Indonesia sudah tidak ada, pemimpinnya sudah ditangkap, wilayah sudah dikuasai, rakyatnya sudah tunduk. Tiba-tiba ada serangan ini, salah satunya adalah serangan besar, Serangan Umum 1 Maret 1949. Itu salah satu yang saya baca dari usulan-usulan itu," tambahnya.
Namun demikian, terkait dengan banyaknya penolakan masyarakat mengenai pemberian gelar pahlawan Soeharto, Fadli menyebut pemerintah menerima semua masukan-masukan yang diberikan oleh masyarakat. Ia pun kembali mengingatkan bahwa nama-nama yang dicalonkan itu juga berasal dari usulan masyarakat.
Sumber: Antara
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
BUDAYA | 2 hari yang lalu
BUDAYA | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 14 jam yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 2 hari yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 8 jam yang lalu







